Gobar
BMC edisi kali ini adalah explore rute Coban Selo Lapis Wonosalam yang
dilaksanakan pada hari Minggu 18 Januari 2015 diikuti oleh 13 peserta terdiri
atas : 6 Orang dari DPP, 3 Orang dari DPC Sidoarjo, 2 Orang dari DPC Menganti,
seorang dari DPC Sumur Welut yaitu Penulis sendiri dan seorang anggota baru
(DPC Sidoarjo), sebenarnya rencana awal diputuskan ambil track Enduro Gravity
atau Perosotan dari lereng Gunung Kukus menuju Seloringgit makanya sehari
sebelumnya yaitu Sabtu 17 Januari 2015 kepala Pusat BMC (DPP) melakukan survey
track dan didapatkan track prosotan menantang dikaki Gunung Kukus yang
bersebelahan dengan Bukit Selo Ringgit namun karena hujan yang terus menerus
sedari siang selepas survey sampai menjelang malam menyebabkan sepanjang lintasan
track menjadi licin, tidak gowesable dan membahajakan peserta Gobar maka
sebagai alternatif adalah Jalur Onroad dari Markas DPP hingga lokasi Coban Selo
Lapis sejauh 25 Km.
Sebenarnya total jarak
yang kami tempuh dalam Gobar Coban Selo Lapis ini adalah 40 Km, diawali dari
starting point di Markas Pusat BMC di desa Bogem kec. Diwek sampai dengan
Lokasi Coban Selo Lapis dusun Mendiro desa Panglungan kec Wonosalam kemudian
balik lagi hingga loading point di Warkal (Warung Pinggir Kali) Ngrimbi
Wonosalam.
kontur
lintasan dari Start awal hingga Warkal (Jalur keberangkatan) sejauh 10 Km
adalah flat mendatar dominan onroad beraspal sehingga peserta tidak banyak
mengalami kendala maupun keluhan dan relatif cepat hanya memerlukan waktu 45
menit, kemudian dilanjut dengan uphill mulai dari Warkal desa Ngrimbi hingga
lokasi Coban Selo Lapis sejauh 15 Km dengan kontur jalan yang menanjak seakan
tiada habisnya dan dominan beraspal namun sesekali makadam disaat menjelang
pintu masuk Coban Selo Lapis, dietape ini kami lalui dengan menghabiskan waktu
selama 3 jam 10 menit dan cuaca saat itu sesekali Matahari menyinari dengan
agak terik dan sebagian besar cuaca mendung maklum karena awan Cummulunimbus
(CB) saat itu lagi menutupi hampir seluruh langit Jawa Timur (menurut info
BMKG) .
Di Etape tanjakan ini
banyak peserta gobar yang kedodoran, diantaranya : Om Moh. Subekhan, Om Juz
Indra, Cak Mart, Om Radha (member baru dg sepeda AM baru Spec Enduro ) bahkan
Seketjend juga terlihat ngos ngosan di barisan akhir dalam menapak tanjakan
menuju Selo Lapis, berikut ini kita akan bahas Gowes performance peserta yang
kedodoran, kita mulai di edisi ini 2 peserta “bersaudara” yaitu Om Subekhan dan
Om Indra.
Dua “bersaudara” dalam
etape tanjakan ini (Warkal – Coban Selo Lapis) selalu berada di barisan
belakang dan tertinggal jauh oleh peserta lain, ketika peserta lain
beristirahat mereka berdua masih belom
kelihatan dan saat mereka sampai di tempat istirahat peserta lainnya sudah
keburu melanjutkan perjalanan, melihat kemampuan phisik yang kedodoran —maklum
mereka masuk golongan overweight— Team Penyapu Ranjau menawarinya dengan evac naik Triton.
Pada
awalnya Om Subekhan dan Om Indra begitu “Jaim” merespon tawaran itu dengan
alasan menjaga Almamater katanya, memang
mereka berdua dulunya pernah kuliah di Perguruan yang sama dan keduanya juga
mengambil disiplin ilmu yang sama yaitu “Ilmu Gugon”, namun sebenarnya tidak
ada kaitan antara nama Almamater apalagi Ilmu Gugonnya itu dengan Gobar kali
ini, dan akhirnya dengan berbahagia dan gembira —dengan mempertimbangkan jarak
perjalanan masih panjang serta kondisi pisik yang tidak memungkinkan— menerima
tawaran evac Triton, dengan menutup muka tentunya mereka menaikkan sepedanya ke
Bak Belakang……. Wkwkwkwkwk.
Antara
Om Subekhan dan Om Indra sebenarnya ada persaingan meski keduanya masih
“bersaudara”, persaingan adu kuat tanjakan….., keren sekali khan persaingan
mereka…!!!, kalo diterjemahkan kedalam bahasa yang lebih sederhana dan mengena,
mereka bersaing adu Dengkul…, seperti
Comment yang selalu ada dalam akun FB Grup Sepeda Indonesia: “yang penting
Dengkulnya Om”…... wekekek..kekekekek…..
Sewaktu
start di DPP keduanya saling menyindir dan saling memprovokasi akan kelebihan
diri dan kelemahan pesaing dalam pergowesan, lho katanya “bersaudara” koq malah
saling begituan…?, barangkali itu yang menjadi pertanyaan dari pembaca… itulah
uniknya persaudaraan di BMC meski bersaudara namun persaingan masih tetep
berlaku, kenapa mereka berdua disebut “bersaudara”…?, disamping mereka satu
almamater dan punya penampakan bodi yang hampir sama yaitu dengan weight >
100 Kgs, juga karena dalam setiap event Gobar mereka selalu saling menanyakan
keikutsertaannya satu sama lain kalau
salah satunya sudah menyatakan absen maka yang satunya lagi bisa dipastikan
absen juga.
Barisan depan Gobar
Coban Selo Lapis sampai di Pintu Gerbang lokasi wisata Selo Lapis tepat jam
10:58 setelah menunggu teman lainnya sampai lengkap lalu berfoto ria
bersama di depan Gate kemudian meluncur masuk ke area wisata dan langsung
menyerbu satu satunya warung yang ada disitu (karena warung lainnya masih dalam
pembangunan) dengan merasakan kesegaran Es Beras Kentjur dilanjut makan siang
dengan menu Nasi Jagung (Ampok) sayur Lodeh Rebung muda, Urap urap serta Lauk
Ikan Asin.
Setelah
puas merasakan kuliner sebagian peserta gobar ingin melihat lihat Air Terjun
Selo Lapis, berjalan kaki menuruni tebing berkelok kelok melalui anak tangga yang
masih alami dari Tanah Vulkanik dengan penyekat dari batang Bambu, pengunjung
harus extra hati hati karena bila hujan akan menjadi agak licin dan rawan erosi,
anak tangga tanah vulkanik berpasir itu bisa tergerus air sehingga tinggal
batang bambu penyekatnya sahaja dan disepanjang lintasan tangga ini disediakan Tongkat
Bambu oleh Pengelola untuk membantu pengunjung baik yang menuruni maupun
kembali menaiki anak tangga.
Rasa
lelah selama Gobar dan menuruni anak tangga, akan terbayarkan dengan keindahan
tebing bebatuan dan air terjun setinggi 15 meter, sesuai dengan namanya Selo
yang diambil dari bahasa jawa yang berarti batu dan Lapis yang artinya susunan
atau deretan, bebatuan di Selo Lapis membentuk susunan yang indah dengan
perpaduan pepohonan yang tinggi dan rindang seolah menawarkan ketenangan dan
kesejukan diiringi alunan gemericik air yang jatuh di bebatuan, Pengunjung pun
bisa langsung menikmati tetesan air dari bukit Selo Lapis, airnya yang jernih
dan dingin ini bisa untuk membasuh muka setelah perjalanan yang melelahkan
menuruni bebukitan, miturut Mantri Hutan Carang Wulung penemu wana wisata Selo
Lapis ini adalah salah satu warga Dusun Mendiro saat mencari jamur di tebing
dengan ketinggian 15 meter dan saat itu tebing masih tertutup rindangnya pepohonan.
Wkwkwk.. Sipp. Duoowo ceritane.. Kenek di jadikan cerpen
BalasHapus