23 Juli 2019

GOBAR BMC 21/07/19 : PUNCAK PENANJAKAN - PANTAI BAHAK PROBOLINGGO


Gowes Bareng kali ini sangat istimewa  disamping karena adanya erupsi Gunung Bromo dengan amplitudo maksimum 37 mm durasi sekitar 7 menit  pada Jumat (19/7/2019) petang 16.37 WIB atau dua hari menjelang pelaksanaan Gobar yang bikin kekuatiran ditutupnya akses menuju Gunung Penanjakan, juga karena panjangnya track mulai dari puncak Gunung Penanjakan Bromo dengan ketinggian 2700 mdpl menuju titik finish Pantai Bahak dengan elevasi 0 mdpl sepanjang 43 Km yang ditempuh kurang lebih dalam 7 jam, dan jangan tercengang karena 7 jam ini bukanlah gowes terus menerus melainkan banyak diisi gelak tawa canda ria, foto selphi,  ider tempe, saling menunggu, istirahat dan lainnya  karena rombongan kami berjumlah 23 Orang.


Gobar rute panjang dari titik ketinggian menuju titik terendah bukan kali pertama ini dilaksanakan, sebelumnya pernah dilakukan dua kali di Pulau Dewata dari Bukit Penulisan tempat salah satu Pura tertua di Pulau Bali menuju Pantai Utara P Bali yaitu Pantai Tianyar (Gobar minggat serie #3 Bali Secret Track, 21/02/15) dan yang kedua dari Lokasi Proyek Panas Bumi Bedugul menuju Tanah Lot, Pantai Selatan (Gobar Minggat seri #5, 31/03/18 ).

Berdasar data Google Maps Timeline, Start di Penanjakan pada 10:13 lalu sampai di Warung Fatimah Sukapura untuk Maksi dan Sholat (Ishoma) pada 13:45 dan lanjut perjalanan dari Warung Fatimah ke Pantai Bahak pada 14:48 dan sampai di titik Finish Pantai Bahak pada 16:56.



Pada etape pertama, track dari Penanjakan menuju warung Fatimah sudah berkali kali kita lintasi, track ini dikalangan AM’er dikenal dengan Track 5 Cm kondisinya saat ini berdebu karena musim kemarau tapi ada beberapa bagian yang tetap padat terutama lintasan yang ada dibawah pepohonan rindang dan terlindung dari paparan sinar Mentari, disamping berdebu jalur lintasannya membentuk Reel Cekungan yang dalamnya antara 10 -25 Cm sehingga perlu ekstra hati hati dengan menjaga jarak aman antar Rider karena debu vulkanik yang beterbangan akibat dilintasi roda roda sepeda bagian depan bisa menutupi pandangan sehingga roda depan bisa melanggar dinding cekungan akibatnya bisa slip dan tergelincir, untuk segmen jalur Makadam kali ini lebih save dan nyaman karena dibeberapa belokan tajam sudah banyak yang dibeton sehingga lebih confidence dalam memacu kuda gowes.



Untuk etape kedua dari Warung Fatimah menuju Pantai Bahak sudah tidak ada lagi debu debu jalanan yang mengganggu, setelah melalui turunan aspal jalan provinsi lalu melintasi kebun kebun dan pekarangan masyarakat Sukapura dan Lumbang sampailah di area Hutan Jati dengan kontur track relatif flat dengan banyak dedaunan Jati yang jatuh berserahkan menutupi lintasan sehingga kalau tidak fokus dan waspada terutama disetiap jalur bercabang bisa bisa tersesat dan berputar putar di dalam Hutan Jati, konon jalur dalam Hutan jati ini juga merupakan bekas jalur perlintasan Pencuri Sapi.



Setelah keluar dari Hutan Jati menuju ke utara melintasi ladang ladang warga, melewati Underpass Tol Surabaya – Probolinggo dan memasuki wilayah Tongas, berkelak kelok melintasi perkampungan, terkadang masuk halaman, bagian samping dan belakang rumah warga tapi mereka begitu ramah melihat kami melintas tanpa merasa terganggu hingga menyebrang Jalan Nasional Pantura Probolinggo (Daendels), mungkin sang Guide Samsjul Huda sudah melakukan pendekatan khusus kepada warga sehingga tidak ada satupun tatapan mata warga yang tidak bersahabat ketika kami lewat.


Dan sampailah di Titik Finish Pantai Bahak dengan elevasi 0 (nol) mdpl yang kondisinya saat senja itu airnya surut sehingga terlihat dasar pantai agak ketengah sedikit berlumpur namun batas pantai dengan daratan sudah berpasir halus kecoklatan, pantai yang masih alami belum banyak adanya sentuhan pembangunan sebagai salah satu alternatif Destinasi Wisata Probolinggo.





20 Oktober 2016

GOBAR LONG TRACK BMC : PENANJAKAN – TONGAS VIA COKRONITI

Pesona keindahan alam Bromo memang tiada bosannya untuk dinikmati, sudah ratusan bahkan mungkin ribuan kilo (baik kilo meter maupun kilo gram) track di TNBTS yang telah kami jelajah namun masih juga dan juga ingin kembali dan kembali, daya magnet Bromo bagi para MTB’er bak gaya tarik Kabah bagi kaum Muslim, makanya tak berlebihan dan tidak salah bila dibilang TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru) adalah semacam Tanah Suci atau Syurga bagi MTB’er, bagi siapa yang mengaku MTB’er tapi belum pernah ke TNBTS maka ke-MTB’er-annya belumlah sempurna ibarat makan kita hanya mendapat 4 sehat saja  (kalaupun lengkap keempatnya) tapi belum sampai 5 sempurna.


Semenjak dirintisnya Track 5 Cm kurang lebih 2-3 tahun silam oleh pegiat MTB penyuka Perosotan (Gravity Enduro/AM) yang dimotori oleh Temen baik dari Probolinggo maupun Surabaya, kami BMC and The Gank  sangat berharap bisa mengexplore track baru tersebut secara full team dari berbagai DPC, tetapi ada saja aral yang menjadi tertundanya harapan itu, beberapa temen masih suka Tanjakan dan jenis Kuda Gowes genre XC sehingga bila diajak slalu beralasan type Kuda Gowes dan Track yang tidak cocok.
Seiring dengan bertambahnya usia dan kedewasaan  --suka Perosotan salah satu tanda kedewasaan MTB er... wkwkwkwk--  akhirnya banyak temen BMC yang beralih Passion dan Muallafatun ke Prosotan dan terlebih lagi setelah beberapa kali melahap Track Puspo maupun C3 TNBTS yang medium extreem mereka malah addicted dengan Perosotan.


Obsesi menjelajah Track 5 Cm telah terpendam sekian lama bahkan kalah prioritas dengan pelaksanaan jelajah minggat seri 4 Pengalengan Bandung dan Cemoro Tigo hingga 3-4 kali executie, entah kenapa obsesi yang sudah mengendap lama tiba tiba muncul kembali sekelebat dalam alam bawah sadar hingga akhirnya benar benar dipastikan waktunya.
Entah Setan, Jin, Pagebluk, Lelembut atau bahkan Malaikat dari mana yang telah membisiki kami sehingga tanggal 15 Oktober 2016 disepakati bersama pelaksanaan Gobar Track 5 Cm yang dilanjut sampai Masjid Ar Royyaan Tongas Probolinggo.

Add caption
Seminggu sebelum pelaksanaan kami melakukan survey ke Penanjakan untuk memastikan keadaan cuaca, arah angin, rute dan waktu tempuh agar hari pelaksanaan benar benar optimal dan bisa menyelesaikan Gobar Long Track kali ini, Cuaca ketika survey memang lagi tidak menentu karena berbarengan dengan anomali cuaca yang terjadi antara  8 – 11 Oktober 2016, sebagaimana peringatan BMKG yang dipublish lewat websitenya, Masyarakat dihimbau agar waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang dan jalan licin. baca lebih lanjut di link : http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Sestama/Humas/WASPADA_POTENSI_HUJAN_LEBAT_DI_WILAYAH_INDONESIA_8_-_11_OKTOBER_2016.bmkg#ixzz4NUqqS5Y4.
Dan memang benar saat itu cuaca di Penanjakan lagi Hujan dan berkabut serta sepi pengunjung, kami bertiga berteduh sambil kedinginan di Mushalla yang dibangun dari CSR Bank Syariah Mandiri diatas ketinggian 2700 mdpl sambil sesekali mencoba sepeda yang kami bawa kesekeliling Mushalla untuk mengusir hawa dingin saat kabut mulai menyelimuti dan arah angin ke Selatan sehingga bila erupsi Bromo tetap berlangsung maka akan mengarah ke Bantengan dan sekitarnya.


Sabtu, 15 Oktober 2016 hari yang sudah disepakati bersama, kami berangkat dari kediaman masing masing menuju Rendezvous Gate Wonokitri jam 07:00, setelah meminta ijin ke Petugas kami bersama menuju titk Start di Penanjakan tepat 08:30  sebelumnya sempat mampir di Dingklik untuk liat view ke bawah lautan pasir serta selfi bersama, Total peserta Gobar kali ini sebanyak 27 Orang terdiri atas,  DPP Markaz : 4 Org, DPC Pare : 1 Org, DPC Sumurwelut : 1 Org, DPC Menganti : 1 Org, DPC Jakarta : 2 Org, DPC Sidoarjo : 4 Org, DPC Lumajang : 1 Org, DPC Prolink : 1 Org, DPC Malang : 2 Org dan dari Kesatuan DENPOMAD V/3 Malang : 9 Org termasuk Bpk. WaDan POMAD ikut serta secara langsung.


Setelah briefing gambaran umum track yang akan kita libas oleh Sang Marshall Samhoed dan dilanjut do’a bersama yang dilead oleh Ostadz DPP Markaz Bogem Cukir Jombang tepat 09:00 kita mulai Start dari Penanjakan menuju Cokroniti sejauh 3.75 Km dengan kontur Rolling naik turun berupa Tanah Pasir Vulkanik yang memadat dan tidak berdebu setelah diguyur hujan beberapa hari sebelumnya diketinggian rata rata 2700 mdpl tepat sebelah Utara Bromo, panorama kanan kiri single track terasa rindang banyak ditumbuhi pepohonan khas dataran tinggi, dari atas Cokroniti --yaitu sebuah Bukit tempat persembahyangan yang disakralkan oleh Umat Hindu Tengger-- view ke arah kawah Bromo sangat indah sekali tanpa halangan bukit lain ataupun pepohonan, bahkan tanaman yang ada disekitar Cokroniti tumbuh secara Bonsai Alami menambah keasrian bukit Cokroniti, bagi Goweser yg menjelajah track 5 Cm adalah menjadi sebuah keharusan (mandatory) untuk mampir ke bukit ini karena bukit ini merupakan icon track 5 cm.


Setelah puas berselfi ria dan menikmati panorama dari atas bukit Cokroniti diteruskan meluncur deras melewati turunan single track -berupa tanah pasir vulkanik padat- menuju Gunung/Bukit Kembang, konon dulu banyak Janda Kembang yang melakukan ritual di puncak Bukit Kembang ini, entah ritual apa yang dilakukannya kemungkinan agar bau para Janda itu tetap seperti Kembang yang harum semerbak mewangi, tapi versi lain mengatakan bahwa bukit kembang itu adalah area dimana Petugas Perhutani menanan sejumlah kembang di puncaknya.
Sebagian Peserta Gobar ada yang percaya cerita versi pertama terutama mereka yang keseharianannya senang bergaul dengan Roji dan RD Steer Bunder Kluwer namun sebagian besar peserta Gobar lebih percaya cerita versi kedua.


Turunan single track dari Cokroniti ke Bukit Kembang sangat menguras Adrenaline dan butuh konsentrasi tinggi karena banyak bagian tengah track yang membentuk cekungan atau lubang memanjang seukuran 1.5 kali lebar roda MTB dari bekas tapak motor Petani yang bercocok tanam disekitar area TNBTS, belum lagi belokan (bereman)  yang tajam dalam kondisi  rusak, banyak lubang bekas saluran air hujan ditambah dengan sebelah kanan kiri Jurang yang curam dan dalam, harus benar benar fokus tidak boleh lengah sedetik atau sesenti pun  apalagi sampai lengah ataupun blank sepanjang 5 detik (5 cm) karena resiko bahaya senantiasa mengintai disepanjang lintasan, sehingga tidak berlebihan bila lintasan ini dinamakan Track 5 Cm, nama ini bukan sekedar disematkan dengan mendompleng popularitas salah satu Film Nasional yang juga mengambil setting lokasi di TNBTS.
Kalau dicermati video  accident dari salah satu DPC Malang, Ko Budianto Wiyono di stage sebelum dan sesudah Gunung/Bukit Kembang (2 kali accident), jelas Yang bersangkutan sempat tidak focus sekian detik lalu tersadar roda depan sudah berjarak sekian cm dari bibir jurang kemudian dengan reflek melakukan pengereman mendadak, mungkin rem depan lebih dominan sehingga badan terlempar ke depan dan kuda gowes jatuh kesamping kanan kearah  jurang.

Setelah turunan Single Track Tanah Vulkanik yang padat kita memasuki pertigaan Puncaksari dimana kalau ambil jalur kekiri menuju Lumbang dan kanan menuju Desa Sapikerep dengan melewati Dusun Pusung Malang lalu Dusun Ngeloh dengan kontur Turunan Makadam dan bongkahan batu yang sebagian lepas dari tatanan ditambah lubang lubang ditengah makadam, batu batu yang lepas sebesar sekepalan tangan setelah dilewati roda depan biasanya beterbangan hingga menimbulkan suara benturan yang keras baik dengan Frame, Crank, Chain Stay, RD maupun Rim belakang dan Spokenya sehingga menjadi tantangan tersendiri meluncur di lintasan semacam ini apalagi kalo beriringan satu dengan lainnya, maka Rider yang dibelakang harus lebih extra hati hati mengantisipasi batu batu melayang ke arahnya, dibutuhkan stamina yang prima, fokus, pegangan tangan yang kuat untuk handling dan meredam getaran juga tumpuan kaki yang kuat untuk berdiri diatas kuda gowes agar balancing tetap terjaga.

Diperbatasan sebelum masuk Dusun Ngeteh kami semua beristirahat mengatur nafas  dan melemaskan tangan serta kaki setelah diguncang sepanjang 4 Km Lintasan Makadam, kami beristirahat di salah satu Rumah Penduduk Dusun Ngeloh yang saat itu pemilik rumah sedang panen Wortel, beberapa dari kami bahkan sempet mencicipi Wortel segar serta Teh Hangat bikinan Anak Perawan tuan rumah, setelah mencicipi beberapa teguk teh hangat bikinan pemilik pipi kemerah merahan rasanya tenaga dan semangat refresh kembali dan ini dirasakan hampir semua peserta ketjuali mereka yang biasa bergaul dengan para Roji dan RD Steer Bunder hanya merasakan biasa biasa saja (BBS kata P. Nong Klenong).


Setelah puas menikmati teh dan menatap pipi kemerah merahan dianjutkan melintasi track yang sama, makadam dengan batu yang lepas mulai dari Dusun Ngeteh Desa Sapikerep hingga mencapai pertigaan Raya Sukapura sejauh 4 Km lagi, sehingga total lintasan makadam kurang lebih 8 km.
Di Lintasan ini team BMC sempat meng-overlap team POMAD V/3 Malang yang sebelumnya mereka jauh mendahului di depan, sebagian besar kuda gowes team POMAD menggunakan Hardtail makanya dilintasan makadam mereka tidak bisa fullspeed.
Sampai di Warung Bu Fatimah kira kira jam 14:00, pada awalnya sebagian merasa bingung karena warungnya telah direnovasi dengan tampilan gedung baru dan lebih kaget lagi adalah Kendaraan Loading yang sudah terparkir di sekitar warung dengan menghadap ke Utara dalam kondisi berdebu, usut punya usut ternyata setelah mengantar ke titik start Penanjakan kendaraan loading tidak kembali ke Wonokitri lalu turun ke Pasuruan di lanjut Tongas sebagaimana instruksi sebelumnya namun mereka para Driver memilih jalan by pass turun melalui Lautan Pasir Bromo padahal status Siaga Bromo belum dicabut dan area lautan pasir steril dari aktivitas manusia, lho koq bisa ke lautan Pasir....?  kenyataannya bisa...., itu karena dalam rombongan kendaraan loading ada kendaraan PATWAL POMAD sehingga petugas TNBTS meloloskan mereka melintasi Lautan Pasir menyebrang ke Cemoro Lawang lalu ke Sukapura.

Puas mengisi BBM Kampung Tengah dengan menu Prasmanan ala Bu Fatimah, tepat jam 14:55 Team BMC yang terdiri atas DPP Markaz Bogem Jombang, DPC Pare, DPC Sumurwelut dan DPC Menganti melanjutkan Gobar ke Masjid Ar Royyaan di Jalan Raya Tongas Probolinggo dengan track Turunan Aspal mulus sejauh 26 Km, lintasan sejauh ini ditempuh dalam waktu 30 menit dan tepat 15:30 BMC finish di Masjid Ar Royyaan Tongas, setelah membersihkan badan lalu Shalat Jamak Qashar Ta’khir kami balik pulang.....



Terima kasih kepada DPC Prolink yang mengantar kami menikmati kebesaran Allah disepanjang lintasan Gobar kali ini juga terima kasih pada Team DENPOMAD V/3 Malang, sampai jumpa dalam Gobar mendatang..... 

Salam,
GS








08 April 2016

TIGA GOLONGAN DALAM GOBAR BMC-SCC (Sierad Cycling Club).

Dan hari Minggu 3 April 2016 pun telah ditetapkan……,  sebagai  waktu pelaksanaan Gobar BMC – Sierad Cycling Club (SCC) dengan mengambil lokasi/area Wonosalam dan sekitarnya, SCC adalah sekelompok Goweser yang bernaung dan bekerja di PT. Sierad Produce Tbk, yaitu perusahaan yang bergerak dalam produksi pakan ternak sebagai produksi utama  serta dalam industri peternakan, penetasan, rumah potong, kemitraan, juga usaha daging ayam, tepung ikan dan beberapa produksi peralatan-peralatan ternak ayam yang beralamat di Jl. Raya Sidoarjo – Krian,  Desa Ketimang/Ploso Kec. Wonoayu Sidoarjo, anggota SCC meliputi semua Department yang ada tanpa membedakan status kekaryawanannya dan sebagian besar berasal dari Production Department.
Sebenarnya agenda Gobar BMC yang hingga kini masih menjadi obsesi adalah Track 5 Cm, Cemoro Tigo dan Ledok Ombo yang kesemuanya masih dalam area TNBTS (Bromo dan sekitarnya),  salah satu dari ketiga Track Favorit itu sedianya dieksekusi pada April 2016 ini namun karena adanya special request demi terjalinnya persahabatan dan silaturrahim antara Pegowes/Goweser maka biarlah Track Favorit itu masih tetap menjadi impian BMC.
BMC dari berbagai Cabang admelakukan persiapan di DPP Markaz Bogem Diwek -Jombang
Di Wonosalam sebenarnya banyak Track yang menarik lagi menantang bagi para Pesepeda baik dari jenis  DH (Carang Wulung Bike Park), AM (Trans Sumber Boto Zodiac 7, Sejawat 14) maupun XC (Lembah Giri, mBah Sakim, Gentaru, Rumah Hantu dlsb), namun kali ini kami sengaja mencari Track yang berbeda dan lain dari biasanya dengan konsep Berakit rakit dahulu bersenang ditengah tengah lalu diakhiri dengan “Ider Tempe”  yang dikemas dalam kontur track : Tanjakan Onroad, Turunan Offroad, Tanjakan Kombinasi Aspal, Paving, Makadam dan Tanah Liat, super duper lengkap dech pokoknya.
Pemanasan untuk melemaskan otot otot sebelum start tanjakan
Malam Minggu, 2 April 2016 semua anggota SCC telah berkumpul di Aula Villa Wonosalam untuk mengikuti technical meeting, ramah tamah dan hiburan. Kepala Pusat Markaz DPP BMC dalam technical meeting memberikan arahan bahwa Track Wonosalam mungkin sangat unik dan berbeda dengan track yang selama ini sudah dijajal oleh SCC, oleh karenanya perlu disiapkan pisik dan mental yang prima meskipun panjang lintasan track hanya 21 Km namun kontur daerah Wonosalam yang berupa perbukitan dengan Start – Finish dititik yang sama maka sudah barang tentu perbandingan tanjakan maupun turunan pasti sama komposisinya (XC Rolling) dan track yang dipersiapkan ini sebenarnya sesuai dengan jenis Kuda Gowes yang dibawa oleh hampir seluruh anggota SCC yaitu jenis sepeda Hard Tail bahkan ada sepeda tanpa suspensi  sekalipun.
Tikungan tanjakan... SCC masih berjaya dalam Track seperti ini
Menjelang Shubuh di Markaz DPP BMC kami telah mempersiapkan diri, kami bangun sebelum shubuh sebenarnya secara tidak sengaja karena salah satu anggota bermimpi dan mengigau dengan berteriak teriak dan terbahak bahak keras sehingga mengagetkan dan membangunkan temen temen lainnya dan sempat terfikirkan untuk merekam igauannya namun karena kelamaan dalam mencari alat perekam (HP) hingga habis igauannya dan terlewatkan momentnya, setelah sadar dan bangun yang bersangkutan bercerita sedang bermimpi mengusir Roh Jahat yang bersemayam di Rumah Hantu yang ada di tengah track hutan Wonosalam, ternyata gambaran track yang disampaikan oleh Kepala Pusat Markaz DPP ( Ostadz Moh Nasir) sangat meresap dan mengendap dalam alam bawah sadarnya hingga terbawa dalam alam mimpinya.
Area Parkir Air Terjun Sekelip Carang Wulung
Sebelum bendera start dilambaikan oleh pejabat Sierad, dilakukan senam pemanasan agar otot otot tidak stress karena begitu start langsung mendaki tanjakan aspal hingga sampai pada Km 6 Desa Gentaru-Carang Wulung saat dimulainya turunan offroad, disini banyak anggota SCC yang tadinya kenceng dan merasa superior di tanjakan sekarang mulai agak kendor dan kaget dengan track tanah liat bercampur bongkahan bebatuan baik yang berserakan dipermukaan maupun tertanam dalam lintasan tanah liat yang cukup menyulitkan dalam mengayuh pedal sehingga tidak sedikit dari mereka melakukan “Ider Tempe” padahal track turunan, terlebih lagi ada yang memakai Ban dengan ukuran kecil dan sepeda tanpa suspensi.
Goweser Cewek andalan dari BMC DPC Lumajang 
Setelah melewati “Rumah Hantu” di tengah kebun dan hutan ada percabangan jalur, nah dititik ini peserta Gobar mulai terpecah arah, ada Golongan Kanan (Ash-haabul Yamiin), ada Golongan Kiri (Ash-haabus Syimaal) dan ada Golongan Muqorrobuun ( Dekat dg Allah)  seperti Golongan Manusia pada saat hari berbangkit (Surat Al Waqiah, 7-14).
Mart Bobby lagi mengejar RD yang melaju didepannya setelah Rumah Hantu
Golongan Kanan, setelah Rumah Hantu mereka ambil arah kanan lurus turunan melintasi areal perkebunan Sengon, Kopi maupun tanaman holtikultura lainnya dan keluar di perkampungan Desa Pulosari kemudian nanjak aspal sampai pertigaan Pohon Beringin Desa Ngrimbi ambil arah kanan lagi menyusuri perkampungan dengan menapak tanjakan demi tanjakan melalui lembah Giri dan menanjak lagi hingga finish di Warung mBak Tik Wonosalam. Dalam Surat Al Waqiah ayat 27 – 40 dikisahkan tentang berbagai nikmat yang didapat oleh goloingan kanan, mereka berada ditengah kebun dan taman serta mata air dengan buah buahan berlimpah beraneka maca ragam, didampingi gadis jelita sebaya umur yang diciptakan khusus bagi mereka, Golongan kanan ini sama banyak antara orang dahulu dan orang diakhir zaman.
Belok kanan,..... Golongan kanan...?
Golongan Muqorrobuun, Golongan yang mengambil rute lebih dekat jaraknya, yaitu setelah Rumah Hantu mereka memotong jalur dengan menyebrang sungai melalui jembatan kayu yang dibikin oleh para Pelajar Pramuka kemudian melintasi tanjakan makadam sampai keluar dari areal perkebunan/hutan di Desa Pucangrejo, sebagian golongan ini ada yang melanjutkan menapaki tanjakan dari Pucangrejo ke titik finish dengan mengambil rute sama seperti saat start lalu di Desa Tukum belok ke kanan menuju warung mBak Tik, golongan ini mencapai garis finish yang paling awal karena jaraknya memang lebih dekat yaitu sekitar 13 km saja. Dalam Surah Al Waqiah pada ayat 15 – 26 diceritakan tentang berbagai kenikmatan yang didapat oleh golongan Al Muqarrobun , mereka duduk diatas dipan yang bertahtakan emas dan berlian, dikelilingi  para  Bidadari yang membawa gelas dan cerek berisi minuman dari mata air ditaman syurga, mereka tidak pernah mabuk meminum minuman syurga, meraka mendapat buah buahan dan daging burung, serta didampingi bidadari yang bermata jeli bagai mutiara tersimpan rapi.
Golongan Muqorrobuun sampe Finish paling awal....
Golongan Kiri,  setelah melewati Rumah Hantu mereka mengambil arah ke kiri namun setelah menemui sungai yang berarus deras  balik lagi karena takut melintasi jembatan bikinan adik adik Pramuka lalu mencari tempat penyebrangan yang lebih aman dan dengan terpaksa harus rela menaiki tanjakan secara “Ider Tempe” berjamaah kemudian berputar putar didalam kawasan areal perhutani menembus semak belukar naik turun silih berganti dan keluar di Desa Ngrimbi kemudian dilanjut lagi dengan tanjakan Aspal menuju finish di Warung mBak Tik Wonosalam. Dalam Surat Al Waqiah ayat 41 – 56 digambarkan tentang azab dan siksa yang dialami oleh golongan kiri, mereka berada ditengah naungan asap hitam yang meniupkan angin yang amat panas, mereka memenuhi perut mereka dengan makanan dari pohon zaqqum dan minum air mendidih untuk menghilangkan haus dahaganya, sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan selama hidup didunia.
Golongan Kiri sedang "Ider tempe" karena kabotan helm.....
Adakah kaitan dan persamaan tiga golongan dalam Gobar BMC-SCC dengan tiga golongan yang dikisahkan dalam Surat Al Waqi’ah tersebut…..? silahkan pembaca jawab dalam hati masing masing…
Dititik ini Tiga Golongan ditentukan, terserah pilih yang mana....?
Terima kasih kepada SCC atas pelaksanaan Gobar Wonosalam pada 3 April 2016 lalu, semoga kita bisa berjumpa pada Gobar lain waktu yang lebih seru….

Salam,

GS












17 Desember 2015

KEMBALI KE KHITTOH DAN HABITATNYA

Suasana jalanan pada subuh  9 Desember 2015 terasa sepi dan lenggang, maklum hari itu adalah saat digelarnya Pilkada Serentak di 265 Kabupaten/Kota seluruh Indonesia  dimana pada hari itu juga ditetapkan sebagai hari Libur Nasional termasuk daerah yang tidak melakukan pilkada sesuai Keputusan Presiden RI Nomor 25 Tahun 2015, sehingga kesibukan rutin pagi hari terasa turut libur untuk menyambut pesta demokrasi Pilkada serentak 2015.

Kesunyian subuh hari itu…. disuatu desa terpencil --namun masih dalam wilayah kota Surabaya-- terpecahkan oleh deru-raungan suara mobil MPV silver yang meluncur dengan kecepatan tinggi menembus kegelapan pagi karena kebetulan PJU saat itu memang  sudah 3 hari lalu mati, disamping suasana yang sepi pagi itu juga terasa sejuk karena malam harinya wilayah Surabaya dan sekitarnya sempat diguyur hujan yang sempat bikin nyali sedikit ragu jadi berangkat ataukah batal, namun dengan berbekal Niat, Tekad, dan Semangat (Bhs A1) maka hujan ataupun panas, gelap maupun pekatnya pagi bukanlah aral yang bisa merontokan tekad menikmati TW Bike Park plus survey Track Gobar BMC edisi Anniversary (berikut launching jersey) yang rencananya ambil jalur Penanjakan – Puspo (Gravity Enduro).

Tak terasa sesudah 25 menit naik dari Tol Waru sampailah digerbang Tol Japanan – Pandaan tepat 05:15 dan tiba di Warung Renes Welang 06:10, selama sepuluh menit menunggu datanglah Rombongan dari DPP Bogem bersama DPC Gagal Tentara, begitu mereka turun barulah tersadar bahwa ban belakang kendaraannya kempes, setelah diamati ternyata ada paku yang menancap sehingga terpaksa harus ganti Ban sebelum sangrapan di Warung Renes, kebetulan saat itu Ummi Renes sendiri yang melajani secara khusus, puas sarapan dan mengisi logistic berangkatlah ke Tutur untuk mengambil start gowes menyusuri track prosotan TW Bike Park.
Terpaksa harus Ganti Ban

TW Bike Park
Kendaraan loading kami titipkan di Kantor Koperasi Susu – Tutur yang berjarak cuman 50 m dari pertigaan, meskipun sebenarnya kami tidak kenal dengan seorangpun Karyawan Koperasi namun dengan menyebut nama Mas Adhi merekapun mempersilahkan kami memarkir kendaraan di halaman Kantor Koperasi, selesai unloading Kuda Gowes dan mempersiapkan segala sesuatunya (Tas punggung maupun protector) pada 07:35 kami memulai  mengayuh pedal menyusuri jalanan beraspal dari halaman Koperasi sampai desa terakhir Dawuhan Sengon kecamatan Purwodadi kabupaten Malang yang masih berupa Makadam dan Paving Stone sebelum masuk areal hutan yang menjadi otoritas dari Resort Polisi Hutan (RPH) Gerbo - Bagian Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH)  Lawang Timur, wilayah Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Pasuruan.
Start Koperasi Susu Tutur
Menyusuri TW Bike park pagi hari sehabis hujan pada malam sebelumnya adalah sesuatu bingits, betapa tidak… titik titik embun yang masih bening dan segar menempel direrumputan nan hijau serta daun pepohonan sepanjang lintasan membikin dada ini semakin membuncah bergelora namun senantiasa harus tetep waspada karena sebagian lintasan juga menjadi licin, tak pelak beberapa ratus meter setelah masuk hutan Pinus roda belakang kuda gowesku slip hingga tidak terkendali akhirnya tersungkurlah aku diturunan yang sedikit berundak….wkwkwkwkwk
Semalam habis hujan... start terlalu pagi, track masih litjin bingits
TW  Bike park sejatinya mempunyai  banyak jalur, ada yang bilang 4 atau 5 bahkan bisa jadi sampai 10 jalur, namun yang jelas jalur yang kami pilih saat itu adalah jalur yang murni gravity prosotan dengan pertimbangan bahwa kami memang benar benar ingin merasakan atau tesing keandalan Kuda Gowes Santa Cruz Nomad 27.5” di-compare dengan Kuda Gowes existing yaitu BMC TF01 26”, dengan spec configurasi part yang hampir sama, Santa Cruz dengan ukuran roda/rims yang lebih besar bisa lebih melesat dengan senyap diturunan, namun sayang kami tidak berani ambil resiko karena track yang masih licin sehingga semua jumpingan yang ada tidak kami lewati, maklum kami masih newbie dan mualap di track Gravity Enduro mangkanya dalam judul diatas disebut “Kembali ke Khittoh dan Habitat” sebab selama ini kami memang mbalelo karena Kuda Gowes kami sebenernya bergenre AM dengan Fork travel 160 -170 adjustable tapi kebanyakan digunakan untuk lintasan XC tanjakan.
Tersadar...!!!, Kembali ke Khittoh dan Habitatnya
Sampai finish di Warnes Welang waktu menunjukkan 09:10 dengan menempuh jarak 14,76 Km, posisi titik start dengan ketinggian 1015 mdpl dan titik finish 180 mdpl, tercatat total ascent 310 mdpl dan descent 922 mdpl (Endomondo Sport Tracker), ternyata perkembangan TW Bike Park begitu cepatnya dibanding setahun lalu terutama untuk lintasan dibawah Rumah Getah yang dulunya masih banyak bebatuan yang tertanam (Rock Garden) maupun yang terlepas berserakan disepanjang lintasan sekarang sudah mulus berupa lintasan tanah vulkanik khas berpasir dengan kontur single track yang dilengkapi dengan berm berm disetiap kelokan tajam dan Jumpingan serta  Receivernya maupun Chicken Way bagi Pemula, mangkanya beberapa waktu lalu ada yang melintasi TW Bike Park dengan Polygon Monarch - sepeda yang diperuntukkan berangkat dan pulang Sekolah- kemudian bikin review dan videonya.
Menikmati  TW Bike Park dengan Santi
Oleh karena kebiasaan maen track XC tanjakan dan kalori yang terbakar dalam melintasi turunan TW tidak melampaui nishab dan nasi rawon Warnes masih terasa ngganjal perut karena tidak terbakar seluruhnya maka DPP mengajak DPC Gagal Tentara untuk gowes dari Welang naik ke Tutur, sedang kami berdua (Seketjend & DPC Sumurwelut) mengambil Kendaraan Loading yang dititipkan di Tutur kemudian  menjemput kebawah dua orang yang kemaruk tanjakan tadi, ternyata mereka sempat naik sampai 5 Km keatas, cuaca cerah dan terasa terik menyengat.
Turunan TW Bike park tidak bisa bakar kolesterol rawon Warnes, perlu tanjakan...


Survey Track Penanjakan
Kami bersama berangkat ke Penanjakan dari Nongkojajar dimana kami sempat mampir sungkem ke rumah Mas Adhian Nova selaku Sesepuh dan Pinisepuh TW Bike Park  sekalian titip kendaraan, di sana terlihat  ada Om Ricky Alexander Maliangkay (Kuncen Track 5 cm) dan beberapa temens goweser lain yang bersiap akan ngetrack di TW Bike Park, setelah mengenalkan temens BMC dengan yang mBaurekso TW Bike Park serta temens lainnya, tepat 11.00  kami meneruskan perjalanan naik ke Bromo.
Silaturrahim dengan Sesepuh dan Pinisepuh TW Bike Park
Suasana Wonokitri (Gate TNBTS) dari Pasuruan terasa sepi hanya ada beberapa pengunjung bermotor, suasana yang biasanya hiruk pikuk Jeep Land Cruiser menawarkan jasa mengantar pengunjung ke Penanjakan, Caldera Bromo maupun Savanah sama sekali tidak terlihat, pun begitu deretan kamar penginapan di sekitar parkiran Wonokitri juga sepi, warung penjual makanan dan minuman juga sebagian ada yang tutup, sesampai di Wonokitri terasa hawa dingin khas dataran tinggi mulai menggoda perut juga sang waktu memang sudah menunjukkan angka 12:10 sudah saatnya untuk mengisi Kampoong Tengah dengan Mie Instan dan the hangat khas Bromo.
Pos Wonokitri yang lengang .....
Setelah membayar ticket masuk TNBTS, kami memacu SUV yang berpenggerak roda depan maupun belakang (4 WD) dengan leluasa karena jalan menuju Penanjakan terasa lenggang bak jalanan kota besar yang ditinggal mudik warga penghuninya, kami bener bener sangat menikmati view yang menghijau disekeliling jalur yang telah dilewati apalagi di tanjakan Dingklik yang viewnya bebas kebawah kearah G Batok dan G Bromo yang lagi meningkat aktivitasnya, sebelum puncak menyempatkan singgah di Mushalla Syariah Mandiri yang dibangun di ketinggian 2700 mdpl, Mushalla diatas Awan begitulah tulisan di Papan Nama yang terpampang di Mushalla itu, kami melakukan shalat Jamak Takbress –berbeda dengan shalat jamak yang selama ini kita kenal, ada Jamak Taqdim dan ada Jamak Ta’khir, itu terlalu mainstream- Jamak takbress adalah shalat 5 waktu yang dijamak sekaligus dalam satu waktu, bisa diawal, tengah maupun akhir …. Wkwkwkwkwkkkkkk #ajaransesatjanganditiru.
Mushalla di atas Awan dekat Nirvanna.... ritual disaksikan para Dewa 
Sensasi shalat di Mushalla dengan ketinggian 2700 mdpl dengan suhu 22 oC dan kerapatan Oksigen yang lebih tipis serasa shalat dalam Nirvanna dengan disaksikan oleh para Dewa yang membuat do’a kita terijabah, namun sayang suasana yang sekhidmat itu terasa kurang lengkap karena fasilitas air wudhu yang tidak difungsikan disebabkan beberapa hari lalu ada tangan jahil yang menyatroni Kotak Amal dengan mengambil seluruh donasi dari para pengunjung sehingga ketika tidak ada Penjaga maka seluruh sarana terkunci semua termasuk serambi utama Mushalla, begitu yang dikatakan seorang petugas Pintu Masuk bernama Letto Bromo yang kebetulan berada di Kompleks Mushalla sambil menawarkan jasa Guide untuk explore turunan lebih panjang ke Puspo atau Pasrepan.
Puncak Penanjakan yg memutih berkabut susu....
Kabut di puncak Penanjakan tiada hentinya menghempas,  menerpa dan tiada putus putusnya menutupi lautan pasir, sepanjang mata memandang hanya terbentang kabut susu memutih menutupi kepulan asap dan semburan debu vulkanik Bromo, beruntung sekali sewaktu di Dingklik sempat mengabadikan kepulan asap/debu membumbung ke angkasa pertanda peningkatan aktivitas kegempaan.
Aktivitas Bromo tertutup Batok diambil dari tanjakan Dingklik
Tidak ingin berlama lama di puncak Penanjakan yang sepi dan lengang, akhirnya kami turun kembali ke Nongkojajar dilanjut warnes Welang untuk berpamitan dan berterima kasih pada sesepuh TW Bike Park dan akhirnya kembali pulang, demikian dan terima kasih atas attensi pembaca yang budiman.

Salam,

GS