Suasana
jalanan pada subuh 9 Desember 2015 terasa sepi dan lenggang, maklum hari itu adalah
saat digelarnya Pilkada Serentak di 265 Kabupaten/Kota seluruh Indonesia dimana pada hari itu juga ditetapkan sebagai
hari Libur Nasional termasuk daerah yang tidak melakukan pilkada sesuai Keputusan Presiden
RI Nomor 25 Tahun 2015, sehingga kesibukan rutin pagi hari terasa turut libur
untuk menyambut pesta demokrasi Pilkada serentak 2015.
Kesunyian
subuh hari itu…. disuatu desa terpencil --namun masih dalam wilayah kota
Surabaya-- terpecahkan oleh deru-raungan suara mobil MPV silver yang meluncur
dengan kecepatan tinggi menembus kegelapan pagi karena kebetulan PJU saat itu memang
sudah 3 hari lalu mati, disamping
suasana yang sepi pagi itu juga terasa sejuk karena malam harinya wilayah
Surabaya dan sekitarnya sempat diguyur hujan yang sempat bikin nyali sedikit
ragu jadi berangkat ataukah batal, namun dengan berbekal Niat, Tekad, dan
Semangat (Bhs A1) maka hujan ataupun panas, gelap maupun pekatnya pagi bukanlah
aral yang bisa merontokan tekad menikmati TW Bike Park plus survey Track Gobar
BMC edisi Anniversary (berikut launching jersey) yang rencananya ambil jalur
Penanjakan – Puspo (Gravity Enduro).
Tak
terasa sesudah 25 menit naik dari Tol Waru sampailah digerbang Tol Japanan –
Pandaan tepat 05:15 dan tiba di Warung Renes Welang 06:10, selama sepuluh menit
menunggu datanglah Rombongan dari DPP Bogem bersama DPC Gagal Tentara, begitu
mereka turun barulah tersadar bahwa ban belakang kendaraannya kempes, setelah
diamati ternyata ada paku yang menancap sehingga terpaksa harus ganti Ban
sebelum sangrapan di Warung Renes, kebetulan saat itu Ummi Renes sendiri yang
melajani secara khusus, puas sarapan dan mengisi logistic berangkatlah ke Tutur
untuk mengambil start gowes menyusuri track prosotan TW Bike Park.
Terpaksa harus Ganti Ban |
Kendaraan
loading kami titipkan di Kantor Koperasi Susu – Tutur yang berjarak cuman 50 m
dari pertigaan, meskipun sebenarnya kami tidak kenal dengan seorangpun Karyawan
Koperasi namun dengan menyebut nama Mas Adhi merekapun mempersilahkan kami
memarkir kendaraan di halaman Kantor Koperasi, selesai unloading Kuda Gowes dan
mempersiapkan segala sesuatunya (Tas punggung maupun protector) pada 07:35 kami
memulai mengayuh pedal menyusuri jalanan
beraspal dari halaman Koperasi sampai desa terakhir Dawuhan Sengon kecamatan
Purwodadi kabupaten Malang yang masih berupa Makadam dan Paving Stone sebelum
masuk areal hutan yang menjadi otoritas dari Resort Polisi Hutan (RPH) Gerbo -
Bagian Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH)
Lawang Timur, wilayah Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Pasuruan.
Start Koperasi Susu Tutur |
Menyusuri
TW Bike park pagi hari sehabis hujan pada malam sebelumnya adalah sesuatu
bingits, betapa tidak… titik titik embun yang masih bening dan segar menempel
direrumputan nan hijau serta daun pepohonan sepanjang lintasan membikin dada
ini semakin membuncah bergelora namun senantiasa harus tetep waspada karena
sebagian lintasan juga menjadi licin, tak pelak beberapa ratus meter setelah
masuk hutan Pinus roda belakang kuda gowesku slip hingga tidak terkendali
akhirnya tersungkurlah aku diturunan yang sedikit berundak….wkwkwkwkwk
Semalam habis hujan... start terlalu pagi, track masih litjin bingits |
TW Bike park sejatinya mempunyai banyak jalur, ada yang bilang 4 atau 5 bahkan
bisa jadi sampai 10 jalur, namun yang jelas jalur yang kami pilih saat itu
adalah jalur yang murni gravity prosotan dengan pertimbangan bahwa kami memang
benar benar ingin merasakan atau tesing keandalan Kuda Gowes Santa Cruz Nomad
27.5” di-compare dengan Kuda Gowes existing yaitu BMC TF01 26”, dengan spec
configurasi part yang hampir sama, Santa Cruz dengan ukuran roda/rims yang
lebih besar bisa lebih melesat dengan senyap diturunan, namun sayang kami tidak
berani ambil resiko karena track yang masih licin sehingga semua jumpingan yang
ada tidak kami lewati, maklum kami masih newbie
dan mualap di track Gravity Enduro mangkanya dalam judul diatas disebut “Kembali
ke Khittoh dan Habitat” sebab selama ini kami memang mbalelo karena Kuda Gowes
kami sebenernya bergenre AM dengan Fork travel 160 -170 adjustable tapi
kebanyakan digunakan untuk lintasan XC tanjakan.
Tersadar...!!!, Kembali ke Khittoh dan Habitatnya |
Sampai
finish di Warnes Welang waktu menunjukkan 09:10 dengan menempuh jarak 14,76 Km,
posisi titik start dengan ketinggian 1015 mdpl dan titik finish 180 mdpl,
tercatat total ascent 310 mdpl dan descent 922 mdpl (Endomondo Sport Tracker),
ternyata perkembangan TW Bike Park begitu cepatnya dibanding setahun lalu
terutama untuk lintasan dibawah Rumah Getah yang dulunya masih banyak bebatuan
yang tertanam (Rock Garden) maupun yang terlepas berserakan disepanjang
lintasan sekarang sudah mulus berupa lintasan tanah vulkanik khas berpasir
dengan kontur single track yang dilengkapi dengan berm berm disetiap kelokan
tajam dan Jumpingan serta Receivernya
maupun Chicken Way bagi Pemula, mangkanya beberapa waktu lalu ada yang
melintasi TW Bike Park dengan Polygon Monarch - sepeda yang diperuntukkan
berangkat dan pulang Sekolah- kemudian bikin review dan videonya.
Menikmati TW Bike Park dengan Santi |
Oleh
karena kebiasaan maen track XC tanjakan dan kalori yang terbakar dalam
melintasi turunan TW tidak melampaui nishab dan nasi rawon Warnes masih terasa
ngganjal perut karena tidak terbakar seluruhnya maka DPP mengajak DPC Gagal
Tentara untuk gowes dari Welang naik ke Tutur, sedang kami berdua (Seketjend
& DPC Sumurwelut) mengambil Kendaraan Loading yang dititipkan di Tutur kemudian menjemput kebawah dua orang yang kemaruk
tanjakan tadi, ternyata mereka sempat naik sampai 5 Km keatas, cuaca cerah dan
terasa terik menyengat.
Turunan TW Bike park tidak bisa bakar kolesterol rawon Warnes, perlu tanjakan... |
Survey
Track Penanjakan
Kami
bersama berangkat ke Penanjakan dari Nongkojajar dimana kami sempat mampir
sungkem ke rumah Mas Adhian Nova selaku Sesepuh dan Pinisepuh TW Bike Park sekalian titip kendaraan, di sana terlihat ada Om Ricky Alexander Maliangkay (Kuncen
Track 5 cm) dan beberapa temens goweser lain yang bersiap akan ngetrack di TW
Bike Park, setelah mengenalkan temens BMC dengan yang mBaurekso TW Bike Park
serta temens lainnya, tepat 11.00 kami
meneruskan perjalanan naik ke Bromo.
Silaturrahim dengan Sesepuh dan Pinisepuh TW Bike Park |
Suasana
Wonokitri (Gate TNBTS) dari Pasuruan terasa sepi hanya ada beberapa pengunjung
bermotor, suasana yang biasanya hiruk pikuk Jeep Land Cruiser menawarkan jasa
mengantar pengunjung ke Penanjakan, Caldera Bromo maupun Savanah sama sekali
tidak terlihat, pun begitu deretan kamar penginapan di sekitar parkiran
Wonokitri juga sepi, warung penjual makanan dan minuman juga sebagian ada yang
tutup, sesampai di Wonokitri terasa hawa dingin khas dataran tinggi mulai
menggoda perut juga sang waktu memang sudah menunjukkan angka 12:10 sudah
saatnya untuk mengisi Kampoong Tengah dengan Mie Instan dan the hangat khas
Bromo.
Pos Wonokitri yang lengang ..... |
Setelah
membayar ticket masuk TNBTS, kami memacu SUV yang berpenggerak roda depan
maupun belakang (4 WD) dengan leluasa karena jalan menuju Penanjakan terasa
lenggang bak jalanan kota besar yang ditinggal mudik warga penghuninya, kami
bener bener sangat menikmati view yang menghijau disekeliling jalur yang telah
dilewati apalagi di tanjakan Dingklik yang viewnya bebas kebawah kearah G Batok
dan G Bromo yang lagi meningkat aktivitasnya, sebelum puncak menyempatkan
singgah di Mushalla Syariah Mandiri yang dibangun di ketinggian 2700 mdpl,
Mushalla diatas Awan begitulah tulisan di Papan Nama yang terpampang di Mushalla
itu, kami melakukan shalat Jamak Takbress –berbeda dengan shalat jamak yang
selama ini kita kenal, ada Jamak Taqdim dan ada Jamak Ta’khir, itu terlalu
mainstream- Jamak takbress adalah shalat 5 waktu yang dijamak sekaligus dalam
satu waktu, bisa diawal, tengah maupun akhir …. Wkwkwkwkwkkkkkk
#ajaransesatjanganditiru.
Mushalla di atas Awan dekat Nirvanna.... ritual disaksikan para Dewa |
Sensasi
shalat di Mushalla dengan ketinggian 2700 mdpl dengan suhu 22 oC dan
kerapatan Oksigen yang lebih tipis serasa shalat dalam Nirvanna dengan
disaksikan oleh para Dewa yang membuat do’a kita terijabah, namun sayang
suasana yang sekhidmat itu terasa kurang lengkap karena fasilitas air wudhu
yang tidak difungsikan disebabkan beberapa hari lalu ada tangan jahil yang
menyatroni Kotak Amal dengan mengambil seluruh donasi dari para pengunjung
sehingga ketika tidak ada Penjaga maka seluruh sarana terkunci semua termasuk
serambi utama Mushalla, begitu yang dikatakan seorang petugas Pintu Masuk
bernama Letto Bromo yang kebetulan berada di Kompleks Mushalla sambil
menawarkan jasa Guide untuk explore turunan lebih panjang ke Puspo atau
Pasrepan.
Puncak Penanjakan yg memutih berkabut susu.... |
Kabut
di puncak Penanjakan tiada hentinya menghempas,
menerpa dan tiada putus putusnya menutupi lautan pasir, sepanjang mata
memandang hanya terbentang kabut susu memutih menutupi kepulan asap dan semburan
debu vulkanik Bromo, beruntung sekali sewaktu di Dingklik sempat mengabadikan
kepulan asap/debu membumbung ke angkasa pertanda peningkatan aktivitas
kegempaan.
Aktivitas Bromo tertutup Batok diambil dari tanjakan Dingklik |
Tidak
ingin berlama lama di puncak Penanjakan yang sepi dan lengang, akhirnya kami
turun kembali ke Nongkojajar dilanjut warnes Welang untuk berpamitan dan
berterima kasih pada sesepuh TW Bike Park dan akhirnya kembali pulang, demikian
dan terima kasih atas attensi pembaca yang budiman.
Salam,
GS