17 Desember 2015

KEMBALI KE KHITTOH DAN HABITATNYA

Suasana jalanan pada subuh  9 Desember 2015 terasa sepi dan lenggang, maklum hari itu adalah saat digelarnya Pilkada Serentak di 265 Kabupaten/Kota seluruh Indonesia  dimana pada hari itu juga ditetapkan sebagai hari Libur Nasional termasuk daerah yang tidak melakukan pilkada sesuai Keputusan Presiden RI Nomor 25 Tahun 2015, sehingga kesibukan rutin pagi hari terasa turut libur untuk menyambut pesta demokrasi Pilkada serentak 2015.

Kesunyian subuh hari itu…. disuatu desa terpencil --namun masih dalam wilayah kota Surabaya-- terpecahkan oleh deru-raungan suara mobil MPV silver yang meluncur dengan kecepatan tinggi menembus kegelapan pagi karena kebetulan PJU saat itu memang  sudah 3 hari lalu mati, disamping suasana yang sepi pagi itu juga terasa sejuk karena malam harinya wilayah Surabaya dan sekitarnya sempat diguyur hujan yang sempat bikin nyali sedikit ragu jadi berangkat ataukah batal, namun dengan berbekal Niat, Tekad, dan Semangat (Bhs A1) maka hujan ataupun panas, gelap maupun pekatnya pagi bukanlah aral yang bisa merontokan tekad menikmati TW Bike Park plus survey Track Gobar BMC edisi Anniversary (berikut launching jersey) yang rencananya ambil jalur Penanjakan – Puspo (Gravity Enduro).

Tak terasa sesudah 25 menit naik dari Tol Waru sampailah digerbang Tol Japanan – Pandaan tepat 05:15 dan tiba di Warung Renes Welang 06:10, selama sepuluh menit menunggu datanglah Rombongan dari DPP Bogem bersama DPC Gagal Tentara, begitu mereka turun barulah tersadar bahwa ban belakang kendaraannya kempes, setelah diamati ternyata ada paku yang menancap sehingga terpaksa harus ganti Ban sebelum sangrapan di Warung Renes, kebetulan saat itu Ummi Renes sendiri yang melajani secara khusus, puas sarapan dan mengisi logistic berangkatlah ke Tutur untuk mengambil start gowes menyusuri track prosotan TW Bike Park.
Terpaksa harus Ganti Ban

TW Bike Park
Kendaraan loading kami titipkan di Kantor Koperasi Susu – Tutur yang berjarak cuman 50 m dari pertigaan, meskipun sebenarnya kami tidak kenal dengan seorangpun Karyawan Koperasi namun dengan menyebut nama Mas Adhi merekapun mempersilahkan kami memarkir kendaraan di halaman Kantor Koperasi, selesai unloading Kuda Gowes dan mempersiapkan segala sesuatunya (Tas punggung maupun protector) pada 07:35 kami memulai  mengayuh pedal menyusuri jalanan beraspal dari halaman Koperasi sampai desa terakhir Dawuhan Sengon kecamatan Purwodadi kabupaten Malang yang masih berupa Makadam dan Paving Stone sebelum masuk areal hutan yang menjadi otoritas dari Resort Polisi Hutan (RPH) Gerbo - Bagian Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH)  Lawang Timur, wilayah Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Pasuruan.
Start Koperasi Susu Tutur
Menyusuri TW Bike park pagi hari sehabis hujan pada malam sebelumnya adalah sesuatu bingits, betapa tidak… titik titik embun yang masih bening dan segar menempel direrumputan nan hijau serta daun pepohonan sepanjang lintasan membikin dada ini semakin membuncah bergelora namun senantiasa harus tetep waspada karena sebagian lintasan juga menjadi licin, tak pelak beberapa ratus meter setelah masuk hutan Pinus roda belakang kuda gowesku slip hingga tidak terkendali akhirnya tersungkurlah aku diturunan yang sedikit berundak….wkwkwkwkwk
Semalam habis hujan... start terlalu pagi, track masih litjin bingits
TW  Bike park sejatinya mempunyai  banyak jalur, ada yang bilang 4 atau 5 bahkan bisa jadi sampai 10 jalur, namun yang jelas jalur yang kami pilih saat itu adalah jalur yang murni gravity prosotan dengan pertimbangan bahwa kami memang benar benar ingin merasakan atau tesing keandalan Kuda Gowes Santa Cruz Nomad 27.5” di-compare dengan Kuda Gowes existing yaitu BMC TF01 26”, dengan spec configurasi part yang hampir sama, Santa Cruz dengan ukuran roda/rims yang lebih besar bisa lebih melesat dengan senyap diturunan, namun sayang kami tidak berani ambil resiko karena track yang masih licin sehingga semua jumpingan yang ada tidak kami lewati, maklum kami masih newbie dan mualap di track Gravity Enduro mangkanya dalam judul diatas disebut “Kembali ke Khittoh dan Habitat” sebab selama ini kami memang mbalelo karena Kuda Gowes kami sebenernya bergenre AM dengan Fork travel 160 -170 adjustable tapi kebanyakan digunakan untuk lintasan XC tanjakan.
Tersadar...!!!, Kembali ke Khittoh dan Habitatnya
Sampai finish di Warnes Welang waktu menunjukkan 09:10 dengan menempuh jarak 14,76 Km, posisi titik start dengan ketinggian 1015 mdpl dan titik finish 180 mdpl, tercatat total ascent 310 mdpl dan descent 922 mdpl (Endomondo Sport Tracker), ternyata perkembangan TW Bike Park begitu cepatnya dibanding setahun lalu terutama untuk lintasan dibawah Rumah Getah yang dulunya masih banyak bebatuan yang tertanam (Rock Garden) maupun yang terlepas berserakan disepanjang lintasan sekarang sudah mulus berupa lintasan tanah vulkanik khas berpasir dengan kontur single track yang dilengkapi dengan berm berm disetiap kelokan tajam dan Jumpingan serta  Receivernya maupun Chicken Way bagi Pemula, mangkanya beberapa waktu lalu ada yang melintasi TW Bike Park dengan Polygon Monarch - sepeda yang diperuntukkan berangkat dan pulang Sekolah- kemudian bikin review dan videonya.
Menikmati  TW Bike Park dengan Santi
Oleh karena kebiasaan maen track XC tanjakan dan kalori yang terbakar dalam melintasi turunan TW tidak melampaui nishab dan nasi rawon Warnes masih terasa ngganjal perut karena tidak terbakar seluruhnya maka DPP mengajak DPC Gagal Tentara untuk gowes dari Welang naik ke Tutur, sedang kami berdua (Seketjend & DPC Sumurwelut) mengambil Kendaraan Loading yang dititipkan di Tutur kemudian  menjemput kebawah dua orang yang kemaruk tanjakan tadi, ternyata mereka sempat naik sampai 5 Km keatas, cuaca cerah dan terasa terik menyengat.
Turunan TW Bike park tidak bisa bakar kolesterol rawon Warnes, perlu tanjakan...


Survey Track Penanjakan
Kami bersama berangkat ke Penanjakan dari Nongkojajar dimana kami sempat mampir sungkem ke rumah Mas Adhian Nova selaku Sesepuh dan Pinisepuh TW Bike Park  sekalian titip kendaraan, di sana terlihat  ada Om Ricky Alexander Maliangkay (Kuncen Track 5 cm) dan beberapa temens goweser lain yang bersiap akan ngetrack di TW Bike Park, setelah mengenalkan temens BMC dengan yang mBaurekso TW Bike Park serta temens lainnya, tepat 11.00  kami meneruskan perjalanan naik ke Bromo.
Silaturrahim dengan Sesepuh dan Pinisepuh TW Bike Park
Suasana Wonokitri (Gate TNBTS) dari Pasuruan terasa sepi hanya ada beberapa pengunjung bermotor, suasana yang biasanya hiruk pikuk Jeep Land Cruiser menawarkan jasa mengantar pengunjung ke Penanjakan, Caldera Bromo maupun Savanah sama sekali tidak terlihat, pun begitu deretan kamar penginapan di sekitar parkiran Wonokitri juga sepi, warung penjual makanan dan minuman juga sebagian ada yang tutup, sesampai di Wonokitri terasa hawa dingin khas dataran tinggi mulai menggoda perut juga sang waktu memang sudah menunjukkan angka 12:10 sudah saatnya untuk mengisi Kampoong Tengah dengan Mie Instan dan the hangat khas Bromo.
Pos Wonokitri yang lengang .....
Setelah membayar ticket masuk TNBTS, kami memacu SUV yang berpenggerak roda depan maupun belakang (4 WD) dengan leluasa karena jalan menuju Penanjakan terasa lenggang bak jalanan kota besar yang ditinggal mudik warga penghuninya, kami bener bener sangat menikmati view yang menghijau disekeliling jalur yang telah dilewati apalagi di tanjakan Dingklik yang viewnya bebas kebawah kearah G Batok dan G Bromo yang lagi meningkat aktivitasnya, sebelum puncak menyempatkan singgah di Mushalla Syariah Mandiri yang dibangun di ketinggian 2700 mdpl, Mushalla diatas Awan begitulah tulisan di Papan Nama yang terpampang di Mushalla itu, kami melakukan shalat Jamak Takbress –berbeda dengan shalat jamak yang selama ini kita kenal, ada Jamak Taqdim dan ada Jamak Ta’khir, itu terlalu mainstream- Jamak takbress adalah shalat 5 waktu yang dijamak sekaligus dalam satu waktu, bisa diawal, tengah maupun akhir …. Wkwkwkwkwkkkkkk #ajaransesatjanganditiru.
Mushalla di atas Awan dekat Nirvanna.... ritual disaksikan para Dewa 
Sensasi shalat di Mushalla dengan ketinggian 2700 mdpl dengan suhu 22 oC dan kerapatan Oksigen yang lebih tipis serasa shalat dalam Nirvanna dengan disaksikan oleh para Dewa yang membuat do’a kita terijabah, namun sayang suasana yang sekhidmat itu terasa kurang lengkap karena fasilitas air wudhu yang tidak difungsikan disebabkan beberapa hari lalu ada tangan jahil yang menyatroni Kotak Amal dengan mengambil seluruh donasi dari para pengunjung sehingga ketika tidak ada Penjaga maka seluruh sarana terkunci semua termasuk serambi utama Mushalla, begitu yang dikatakan seorang petugas Pintu Masuk bernama Letto Bromo yang kebetulan berada di Kompleks Mushalla sambil menawarkan jasa Guide untuk explore turunan lebih panjang ke Puspo atau Pasrepan.
Puncak Penanjakan yg memutih berkabut susu....
Kabut di puncak Penanjakan tiada hentinya menghempas,  menerpa dan tiada putus putusnya menutupi lautan pasir, sepanjang mata memandang hanya terbentang kabut susu memutih menutupi kepulan asap dan semburan debu vulkanik Bromo, beruntung sekali sewaktu di Dingklik sempat mengabadikan kepulan asap/debu membumbung ke angkasa pertanda peningkatan aktivitas kegempaan.
Aktivitas Bromo tertutup Batok diambil dari tanjakan Dingklik
Tidak ingin berlama lama di puncak Penanjakan yang sepi dan lengang, akhirnya kami turun kembali ke Nongkojajar dilanjut warnes Welang untuk berpamitan dan berterima kasih pada sesepuh TW Bike Park dan akhirnya kembali pulang, demikian dan terima kasih atas attensi pembaca yang budiman.

Salam,

GS

GOWES RUTE LEMBU SURO

Oleh : Arifin BMC DPC Menganti NGPT 
           ( seorang Buruh Tani sebagai Sopir Tractor)

Minggu 29 November 2015 di Wlingi – Blitar, Jawa Timur, Oleh :
1. WIBBA : Wlingi Blitar Bike Adventure - Blitar
2. BMC : Boss Mtb Club - Jombang
3. JOMBERS : Jombang Bersepeda
sekilas, tentang lembu suro yang melegenda lekat dengan Gunung Kelud ini, ada baiknya kita meluangkan waktu sejenak untuk menyimak sekelumit cerita tentang legenda dua Raja yang memperebutkan Putri Cantik bernama Dewi Kili Suci pada segmen cerita selingan di Gowes lembu Suro berikut ini.
Cerita Misteri Gunung Kelud banyak disertai dengan legenda yang masih menjadi kepercayaan sebagian dari masyarakat setempat. Gunung Kelud terletak diantara Kabupaten Blitar dan Kediri, Gunung Kelud merupakan salah satu tujuan wisata Jatim yang cukup terkenal keindahan panoramanya.Semilir angin yang bertiup tipis,menyapu lereng perbukitan hijau seolah mengusap penatnya fikiran karena tiap hari memikirkan galian kabel listrik yang tak kunjung usai. Dibalik ketinggian gunung yang mencapai 1.731 meter diatas permukaan laut ini, tersimpan banyak misteri yang sekedar untuk diketahui oleh kita bersama,minimal untuk dongeng pengantar tidur anak-cucu kita.
Berdasarkan legenda masyarakat setempat, Gunung Kelud terbentuk akibat pengkhianatan seorang putri bernama Dewi Kilisuci terhadap cinta dua raja yang bersaing untuk berebut memperistrinya yaitu Lembu Suro dan Mahesa Suro. Dewi Kili Suci adalah anak dari Jenggolo Manik,bukan RD Steer Bunder,atau Putri bakul duren di wonosalam – jombang, yang akhir-akhir ini sedang ramai menjadi rasan-rasan di salah satu group pecinta gowes.
Dengan paras kecantikannya yang elok dan menawan, maka tidak heran jika saat itu ada dua orang raja yang bersaing ketat untuk memperebutkan sang Putri tadi, hanya saja yang melamar bukanlah manusia normal,bukan pula juragan martabak / buruh tani,juga bukan juragan godhong / pemilik agen matjam-matjam telor termasuk telor buaya yang kari siji, akan tetapi yang bersaing adalah satu manusia berkepala lembu yaitu bernama Lembu Suro dan satunya lagi manusia berkepala Kerbau bernama Mahesa Suro.
Dewi Kilisuci yang enggan menerima lamaran, mungkin saja karena mereka yang datang tidak mengendarai steer bunder pelpeyer/rubikon/strada/portuner putih/pajero /inopa F1 atau sejenis kereta odong-odong, akhirnya membuat sayembara sulit, yaitu bagi yang bisa membuatkan dua buah sumur diatas puncak Gunung Kelud dimana sumur yang satu harus berbau wangi sementara sumur yang lain harus berbau amis dan sayembara ini harus direalisasikan hanya dalam satu malam sahaja.
Dengan kesaktian Raja Lembu Suro dan Mahesa Suro, sayembara tersebut disanggupi dan setelah bekerja semalaman di temani dua cangkir kopi luwak wonosalam dan singkong bakar ,maka keduanya berhasil menang dalam sayembara. Kemenangan dua orang raja tersebut tidak disukai oleh Dewi Kilisuci, hingga akhirnya Dewi Kilisuci satu syarat lagi yaitu dua orang raja tersebut harus membuktikan bahwa kedua sumur tersebut memang benar berbau wangi dan amis dengan mereka berdua harus masuk ke dalam sumur yang telah mereka buat.
Dengan adanya syarat tambahan, dua orang raja tersebut pun setuju, setelah makan malam dengan menu pecel lele dan pecel belut, mereka berdua bergegas masuk ke dalam sumur yang sangat dalam itu. Begitu mereka sudah sampai di dalam sumur maka Dewi Kilisuci memerintahkan pasukan Jenggala untuk segera menimbun keduanya dengan bebatuan yang mengakibatkan kematian Raja Lembu Suro dan Mahesa Suro. (betapa teganya engkau Dewi Kilisuci..)
Namun, sebelum Raja Lembu Suro mati dia bersumpah disertai kutukan : “Baiklah besok orang-orang Kediri akan dapat balasan yang setimpal dari saya. Kediri akan menjadi sungai, Tulungagung akan menjadi danau, dan Blitar akan menjadi daratan. Berdasarkan legenda Lembu Suro maka masyarakat di lereng Gunung Kelud secara rutin pada tanggal 23 bulan Surau mengadakan tolak bala sumpah tersebut berupa Larung Sesaji.
Untuk lebih jelas dan lengkapnya tentang legenda Raja Lembu Suro dan Raja Mahesa Suro,ada baiknya anda berkunjung dan menanyakan langsung ke patung Lembu Suro dan Mahesa Suro,serta rumput yang bergoyang di sekitarnya…(# sambil bergowes ria dan jangan lupa minum pil anti ngpt)
Akhirul kalam, Ucapan terima kasih kepada keluarga besar WIBBA : Wlingi Blitar Bike Adventure, atas sambutan,jamuan, dan suguhan treknya benar-benar ruar biasa…mohon maaf jika kami terlalu banyak makannya..

Salam Gowes,

Arifin Bmc

18 November 2015

TRANSLIBAS PENANJAKAN – PUSPO, 15/11/2015

Kendati aktivitas kegempaan Gunung Bromo meningkat sejak 30 Oktober 2015 hingga status keamanannya menjadi level waspada dan para Wisatawan dilarang mendekat ke Kawah Bromo dengan radius aman 1 kilo meter, apata lagi pada Kamis sore 12 November 2015 berdasarkan hasil pantauan Petugas, gempa tremor amplitudo mengalami peningkatan tercatat mencapai 3 milimeter, namun kesemua itu tidaklah menjadi aral untuk menyurutkan langkah BMC pada 15 Nopember 2015 meng-eksplore Track AM : Penanjakan – Puspo yang masih dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).

View Bromo dari Penanjakan
Team BMC yang hadir dalam Trans Penanjakan – Puspo terdiri hanya 4 Orang sahaja dan mereka ini memang benar benar anggota pilihan, berdedikasi, loyalitas tinggi, berkomitmen teguh, penantang nyali dan adrenaline dan yang jelas anti nGaprettttttttttt……………..!!!!!!, mereka ini diantaranya : Kepolo Pusat Markaz DPP (Moh. Nasir sang Ostadz), DPC Martabak (Mart  Bobby) DPC Sumurwelut (George Sugeng sang Muallap, Guru Pramuka dan Pelatih Menembak) serta DPC Lumajang.(Yusuf Hasyim sang Pakar AC).
Pada awalnya kami hanya bertiga hadir dalam Trans Penanjakan-Puspo ini dengan komitmen berangkat sebelum Adzan Subuh berkumandang, baik dari Bogem sebagai Markaz DPP (2 orang) maupun dari Sumurwelut dengan titik pertemuan di Pungging –yaitu nama salah satu kecamatan di Mojokerto yang sekarang menjadi buah bibir dikalangan BMC members-  dan tepat setelah Shalat Subuh  kami bertiga dari Masjid Pungging meluncur menuju Penanjakan yang berjarak ratusan kilo meter dari tempat tinggal masing masing dan sebelumnya kami tidak mengetahui jikalau DPC Lumajang juga hadir dalam gelaran tersebut sampai kami baca status FBnya yang meng-update persiapan berangkat ke Penanjakan, baru setelah itu kami mafhum.
Trio BMC 
Dalam perjalanan antara Apolo menuju bekas Exit Tol Gempol kami dikejutkan oleh 2 orang AKAMSI (Anak Kampung Sekitar situ) berboncengan dengan motor butut tanpa lampu dan sign dengan seenaknya tanpa melihat kendaraan lain menyeberang ambil lajur kanan tanpa memberi sign sehingga yang dibelakangnya sempat sedikit gelagapan dan panik, untung saja Ostadz sang Driver Triton D-Cab saat itu dengan cekatan mengerem dan mengantisipasi arah laju motor  Akamsi tersebut sehingga terhindarlah kami dari apa yang biasa disebut Accident.
Kepolo Pusat Markaz BMC Bogem Jombang
Sepanjang Perjalanan Bangil hingga ke Penanjakan kami tidak ada hambatan dan kendaraan melaju dengan kencangnya, sampai di Penanjakan tepat 06.40, setelah unloading kuda gowes lalu memakai jersey, accecories maupun peralatan safety (protector) dan sembari menunggu peserta lain kami manfaatkan waktu berselfie ria dengan background view lukisan alam dari Sang Maha Pencipta yaitu hamparan Gunung Batok, Gunung Bromo, Gunung Widodaren dan nun jauh dibelakangnya tersembul puncak Mahameru dengan kepulan asap dari kepundan Nirwana Saloka membuat hasil jepretan seolah kita sedang ditengah keindahan Swarga Loka, dan inilah salah satu kemukjizatan Jawa Dwipa, tanah air tercinta.
Swarga Loka di Jawa dwipa
 Setelah melalui Briefing oleh pak Drg. Surdiyanto lalu dilanjut Do’a mohon keselamatan selama perjalanan dalam meng-explore track prosotan yang cukup lumajan extreme (Gravity Enduro) maka tepat 08:35 mulai start berangkat, cuaca sangat cerah namun karena ketinggian mencapai 2500 mdpl maka cerahnya sang Surya tidak terasa panas di kulit lengan yang tidak tercover oleh jersey, maklum jersey dalam gelaran ini panjangnya dibikin ukuran ¾ dari lengan actual, kontur track Penanjakan – Puspo adalah turunan panjang dengan sesekali menanjak karena harus beralih dari satu bukit ke bukit lainnya, setelah menyebrang sungai yang kebanyakan kering maka dipastikan akan menaiki bukit untuk kemudian turunan yang panjang melalui punggung bukit dimana sisi kiri dan kanan adalah lereng curam lagi dalam dengan kemiringan yang bisa bikin adrenaline terpompa, berdebar dan bergelora laksana sepasang kekasih memainkan tarian kasih asmara.
Briefing dan Do'a
Track offroad dengan perbandingan turunan mencapai 90% dan tanjakan yang hanya 10% sahaja berupa tanah vulkanik berpasir namun sedikit berdebu karena beberapa hari sebelum gelaran sempat diguyur hujan beberapa kali sehingga membikin track menjadi padat tapi masih terasa empuk dilalui, sesekali yang bikin agak ngeri disaat sisi kanan berupa tebing batu yang keras dan sedikit menjulur kearah lintasan pada bagian atas kepala yang kadang kalau tidak cekatan menghindar helm bisa bersentuhan dengan diding tebing dan disisi kiri adalah jurang atau lembah yang dalam dengan kemiringan yang bisa menghempaskan tubuh hingga ke dasar bila jatuh kearah kiri.
Collosus melibas segala medan dan obstacle......Wuzzzzz
Untuk track yang mendekati perkampungan warga biasanya berupa jalur Makadam yang lebih lebar, dijalur ini biasanya para rider yang mengendarai Kuda Gowes bersuspensi tunggal (Fork Depan saja) harus berjuang lebih extra dalam meredam getaran, kedua lengan dan kaki harus bisa menjadi suspensi extra, kedua kaki harus selevel dan sedikit ditekuk sedang kedua tangan juga harus sedikit ditekuk, tidak boleh lurus dan kaku  dalam memegang handle bar.
Prosotan Passion 
Track Penanjakan – Puspo dengan jarak lintasan 24 Km ini memang agak extreme sehingga dibutuhkan technical skill level intermediate dan nyali yang lebih berani untuk menikmati turunan dan kelokan berm berm (U Turn) alami dan liar, sejatinya Track ini pernah diexplore beberapa tahun lalu oleh Translibas namun jalur kali ini berbeda sama sekali, kalau dulu finish di Pasar Puspo namun kali ini di Bumi Perkemahan Puspo yang letaknya jauh dari pemukiman warga dan dibutuhkan kendaraan loading yang prima untuk mencapai titik ini guna menjemput , untuk kendaraan jenis sedan jangan sekali kali dipaksakan masuk karena gardan pasti berbenturan dengan batu batu disepanjang jalan akses yang masih berupa jalan makadam.

si Santi emang empuk....
Disepanjang lintasan banyak spot spot exotis yang bisa diabadikan namun karena lintasan kebanyakan berupa turunan maka banyak view yang terlewatkan, pilihannya adalah apakah menikmati turunan ataukah mengabadikan panorama lukisan alam yang mungkin saja tidak dapat terulang…… satu dari dua pilihan yang sulit ini terpaksa harus kita tentukan, kadang ditengah menikmati turunan harus mengerem laju sepeda untuk ambil angel/spot yang menantang dan bahkan kebanyakan kita langsung lewatkan keindahan panorama itu begicu sahaja namun setelah usai selesai baru tersadar dan menyesal.
Finish di Bumi Perkemahan Puspo
Akhirnya, kami sampaikan Terima kasih yang tak terhingga kepada Team Translibas yang telah dengan susah payah menggelar event Penanjakan – Puspo mulai dari survey hingga terlaksananya dengan lancer dan sukses, semoga event berikutnya lebih dahsyat lagi…..

Salam,

GS



















22 Oktober 2015

GOBAR JONEGORO : CYCLING WARRIOR, BMC, ARSEN, BOSCH, KSOH DAN PERTAMINA CEPU

Dengan merefer Tagline Arsen (A1): Gobar bukan merupakan ajang KOMPETISI atau SEJENISNYA melainkan GOWES BERSAMA yang lebih mengedepankan nilai-nilai KEBERSAMAAN untuk menjalin SILATURAHMI sesama Bikers, maka disepakati agenda Gobar pada Minggu,18 Oktober 2015 lokasi Bojonegoro dan sekitarnya dengan rute Pacing – Kalisari – Menilo (Menilo Bike Park 1, 2, 3) dengan Host Cycling Warrior Bojonegoro, yang digawangi oleh Om Andrew Heryanto.

BMC di Rendezvous

Sebagaimana woro woro dari Tuan Rumah Om Andrew Heryanto, Dkk,  sehubungan dengan cuaca akhir akhir ini di Bojonegoro terasa agak terik menyengat maka diharapken peserta Gobar yang datang dari luar kota : Surabaya, Lamongan (Babat & Brondong), Tuban, Jombang dan Cepu merapat di Rendezvous Rumah Pak Yong Christianto Widjaya tidak lebih dari jam 06:00 pagi agar bisa melaksanakan start lebih pagi dari biasanya dengan harapan ditengah perjalanan gowes cuaca lebih bersahabat dan tidak terlalu panas, namun apa lacur setelah menunggu beberapa saat hingga semua peserta dari pelbagai kota hadir ( berjumlah 45 bikers ) start di desa Pacing, Parengan - Tuban tepat 07.50 setelah dilakukan pengarahan pendahuluan dari Host dan doa bersama lintas agama dan kepercayaan.

Host memberi Sambutan & Pengarahan
Jangan berharap kita akan mendapatkan Track Perosotan seperti di Nongkojajar ataupun Bromo, ini adalah Bojonegoro sebelum menikmati turunan kita dituntut menapaki tanjakan atau bersakit sakit dahulu dengkulnya baru berenang ketepian atau bersenang senang kemudian, karena memang topografi Bojonegoro (terutama sisi Utara yang menjadi rute Gobar) berbukit bukit yang merupakan bagian dari Hamparan Pegunungan Kapur Utara sehingga tidak mungkin ada turunan perosotan yang panjang, adanya cuman Rolling sahaja, begitu kira kira inti dari prakata pendahuluan dari Om Andrew Heryanto, kemudian dilanjut dengan mengenalkan anggota CW yang bertugas menjadi Vorijder, Marshall, Guide maupun Sweeper Team dan saya tidak ingat satu persatu mereka tapi saya cukup mengenal : Pak Yong, Mas Imam, Koh Ronny dan Pak Nono.

Vorijder, Marshall, Guide dan Team Sweeper ( Cycling Warrior Bjngoro) 

Berbicara mengenai Pegunungan Kendeng atau Pegunungan Kapur (Karst) Utara Jawa yang membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur (Pati, Rembang, Blora dan Bojonegoro) teringat beberapa tahun silam ketika belajar Hukum Adat, wilayah itu merupakan habitat dari etnik Samin yaitu suatu kelompok masyarakat yang mempunyai adat dan norma hukum tersendiri yang unik yang agak berbeda dari dunia sekitarnya yang mayoritas adat Jawa bercorak Mataraman, mereka kaum Samin memegang teguh ajaran Sedulur Sikep yang diajarkan oleh Mahaguru Samin Soerosentiko, tidaklah relevan kalau kita bahas secara detil ajaran Sedulur Sikep dalam forum ini namun satu hal yang pantas kita ajungi jempol yaitu kepedulian mereka terhadap Lingkungan dengan menjaga kearifan lokal yang tumbuh dan berkembang di komunitasnya.

Suasana "Sedulur Sikep", Ajaran Mahaguru Samin Soerosentiko

Gobar Jonegoro kali ini total menempuh jarak 20,80 Km yang efektif dijalani selama 1 Jam 35 Menit 38 Detik belum termasuk waktu untuk istirahat, dengan mencapai titik tertinggi pada 213 m di Km 1,6 dari start dan titik terendah pada altitude 48 m di Km 14,2 sedangkan titik startnya pada altitude 183 m dan finish di-altitiude 58 m sehingga total Ascent (tanjakan) : 127 m  dan Descent (turunan) : 255 m  ( sumber : Endomondo) dan peserta tercepat mencapai finish tercatat pada jam 10:40 di Rumah Pak Yong Jl. Hayam Wuruk No. 81 (mBuri Kelentheng) Bojonegoro.

Rute Track Gobar Jonegoro 18/10/2015
Sebagaimana pengalaman Gobar yang diikuti banyak peserta, Gobar Jonegoro kali ini selama menyusuri rute peserta terpecah dalam beberapa kelompok dan pihak Host sudah mengantisipasi akan hal ini mangkanya disediakan Voridjer, Marshall, Guide dan Team Sweeper agar tidak satupun peserta yang tersesat dan nyasar.
Untuk kelompok terdepan diarahkan oleh Imam Rozi, kelompok ini sebagian besar diikuti oleh Pemantjal dari Pertamina Cepu bertenaga besar bak pembalap dan ditiap tanjakan tidak satupun mereka yang melakukan Ider Tempe, kelompok Tengah adalah mereka yang suka Lawyer-an yaitu disetiap peristirahatan senang berlama lama sambil bersenda gurau membahas segala hal yang lagi in and hot, umumnya mereka berumur lebih tua dari kelompok pertama/depan dan kelompok terakhir adalah mereka yang memang bener bener tidak sekuat kelompok pertama maupun kedua,biasanya mereka jarang mantjal sehingga sering tertinggal dibelakang.

Om Leo paling suka di barisan belakang....

Track pertama menyusuri jalanan kampung beraspal menanjak sampai keluar batas perkampungan dan pada Km 1 masuk ke Hutan Jati Parengan mulailah jalanan off road sampai ketinggian max 213 m dilanjut turunan makadam hutan jati parengan hingga Km 6, kemudian melewati areal perladangan/persawahan warga dengan kontur perbukitan (naik-turun) hingga Km 9 keluar di pertigaan SMPN 1 Parengan, diteruskan dengan menyusuri Jalan Raya Suciharjo (Parengan-Soko) hingga Km 11,5 kemudian masuk jalan kampung beraspal hingga batas areal persawahan dan perladangan Warga Kalisari sampai pada Km 16 menemui Jalan Aspal kembali menuju Desa Menilo, pada KM 17 seharusnya kelompok kami (Kelompok Tengah) belok kekiri masuk areal Perladangan Warga Menilo dimana Menilo Bike Park (MBP) ada di dalam areal itu namun karena pertimbangan cuaca terik yang menyengat, membakar kulit dan hari semakin siang maka Track Menilo kami skip dan langsung menuju titik finish, begitu juga dengan Kelompok Belakang  sedangkan Kelompok Depan sempat memasuki Menilo Bike Park.

Biasa Biasa Saja dan Happy Long Day, menurut A1

Masih segar ingatan hampir 3 tahun yang lalu tepatnya pada 9 Desember 2012 ketika Gobar Cycling Warrior, Trek dan KSOH dengan mengambil rute yang hampir sama dengan Gobar Jonegoro ini cuman startnya aja yang beda yaitu disebelah Makam Desa  dilanjut ke Kalisari dan Menilo Bike Park, dalam kedua Gobar ini ada persamaannya yaitu sama sama tidak bisa masuk ke MBP,  Tanya kenapa….? Adakah kemisteriousan Track MBP sehingga tidak semua orang bisa masuk kesana, ataukah hal ini hanya berlaku khusus bagi KSOH, karena sudah dua kali KSOH Gobar ke Bojonegoro dengan rute melewati MBP tapi tak pernah bisa sampai ke MBP, ada saja rintangan kalau dulu di tahun 2012 karena hujan maka sekarang di tahun 2015 karena terik menyengat, ataukah hanya kebetulan nasib sial saja….?, Wallahu A’lam……..

BMC1, A1 dan Cepu1 menjadi "Sedulur Sikep"
Demikian liputan Gobar Jonegoro 18/10/2015 tak lupa kami (semua peserta) haturkan terima kasih yang tak terkira pada Om Andrew, Dkk  yang telah meng-arrange Gobar kali ini dengan sukses, aman dan lancar dan terlebih khusus terima kasih kepada Pak Yong Christianto Widjaya dan Keluarga yang berpayah payah memfasilitasi akomodasi maupun konsumsi,  dan tak lupa juga kami memohon maaf bila tindakan kami disengaja maupun tidak kurang berkenan di hati.

Salam BBS - HLD,

GS




Penulis
KSOH brondong Lamongan

BOSCH Parengan Tuban

PERTAMINA CEPU







26 September 2015

GOBAR BMC DINGKLIK - WELANG 19/01/2014 (Late Post)

Seolah tak mau kalah dengan trend akhir akhir ini yang lagi demam nulis pengalaman gowesnya, berikut ini cerita pengalaman gowes perosotan bersama BMC pada Minggu, 19 Januari 2014 kemarin.
Tepat setelah shalat Shubuh kutinggalkan rumah meluncur ketempat janjian dengan Victore Abe Oesman untuk bersama menuju Masjid Cheng Ho Pandaan, ternyata disana sudah dating duluan team BMC DPC Menganti 3 orang, seorang DPC Pakis dan Team Bang Jo Jombang berjumlah 12 orang tepat jam 05.15 WIB, setelah bersalaman dan berkenalan dg Bang Jo dimulailah meloading sepeda dari Kendaraan kami DPC SumurWelut, DPC Menganti dan Bang Jo ke atas dua Kendaraan dari DPP (Grandmax dan Triton DCab yang belakangan hadir di Masjid Cheng Ho).



Tepat 06.00 setelah loading  berangkatlah keWelang (WarungRenes), sesampai di Warung Renes sebagian peserta Gober Dingklik-Welang mengisi BBM (sarapan) dan sebagian lagi ribet dg dirinya sendiri, ada yang narsis adayang sibuk pake peralatan untuk perostoan mulai dari sekakik sampe helm  dan ada yang sibuk ngatur rencana maksi dan ngumpulin uang iuran untuk BBM Grandmax (Mobil Loading), Ticket Masuk TNBTS dan sewa Driver lokal.



Setelah menempuh perjalanan meliuk liuk dan menanjak dipunggung pegunungan dari Welang menuju Bromo dengan dua kendaraan : Triton DCab dan Grandmax Pickup yang sarat dengan sepeda dan Biker-nya, total 23 Orang ( 2 Driver + 21 Biker) maka tepat 09.00 rombongan BMC + Bangjo Jombang sampai di Pos Wonokitri, setelah menyelesaikanp persyaratan admin sebagai visitor TNBTS maka perjalanan dilanjut hingga Tanjakan Dingklik, sebuah lokasi ketinggian disebelah Barat dan bagian Utara Bromo masuk wilayah Pasuruan yang sudah amat melegenda di telinga para BikerJatim, konon ada semacam Pemeo yang menyatakan bahwa sebutan Biker seseorang akan terasa tidak lengkap bila belum merasakan tanjakan Dingklik,  hal inibarangkali dianalogikan dengan seorang Muslim akan tidak lengkap rukun Islamnya bila belum berkunjung keBaitullah, Rombongan kami (BMC+Bang Jo) tiba di Dingklik sekitar 09.20, dan telah mendahului kami di Dingklik ada rombongan dari Banyuwangi (GCO) dan Probolinggo (Roda Mas, GSS Leces) sebanyak 50 Biker dengan membawa 3 Truk Colt Diesel,  Cuaca di Dingklik dan sekitarnya gerimis disertai angin dan berkabut sehingga View dari Dingklik kebawah, ke Lautan Pasir dan Gunung Batok menjadi terhalang oleh pekatnya kabut, udara sangat dingin dan basah(sempat ngintip indicator cuaca di Dashboard Triton menunjukkan angka 9 Degree Celcius dan ketinggian 2300 mdpl) sehingga Penjual Mantel Plastik Tipis menuai berkah, dagangannya langsung terjual habis diborong oleh Rombongan Biker BMC dan GCO.



Salah seorang anggota BMC paling sepuh  H Ta’in semaleman ga bisa tidur (menurut Pak Wandi Driver dari Jombang ) karena saking pinginnya melihat G Bromo, karena cuaca yang berkabut tebal maka beliau hanya gigit jari saja dan tidak kesampaian hasrat keinginannya, kasihan sekali jadinya kegelisahannya semalam tidak bisa terobati pagi ini di Dingklik.
Setelah unloading dan mempersiapkan Sepeda dan peralatan masing masing lalu dilanjut ritual baca Do’a bersama yang dipimpin oleh Ostadz Mohamad Nasir Hms dengan membaca Do’a Safar ( Allahumma Majreeha wa Mursaha……. Ga apal maklum masih Muallap…. hehehehehe)  maka start Gober dilakukan tepat 09.37 WIB dariDingklik menuju turunan offroad kearah DesaMororejo, ditengah perjalanan ini seatpost H Tain (BMC)  bermasalah (patah) lalu dipinjemi oleh anggota GCO, bahkan dia sendiri rela ga pake seatpost…. Salut bagi anggota GCO yang berkorban demi orang yang lebih tua.



View di etape ini (Dingklik – Mororejo) sangatlah indah dan sayang sekali bila dilewatkan begitu sahaja tanpa sesi Narsis maupun Selfie, terutama bagi mereka yang memang hobby dalam dua hal itu, ga usah disebutkan satu per satu siapa saja diantara mereka karena saya sendiri juga begicu…… dan etape Dingklik- Mororejo dilalui dengan selamat…..



Jalur Ngadirejo – Desa Andonosari sangat kondusif, disini banyak ditemui Switchback Turn karena memang tracknya dari atas menuju kebawah harus memutar berkelok kelok menuruni bukit dan untungnya cuaca di etape ini sangat mendukung sekali yaitu mendung dengan sesekali diselingi terpaan cerahnya sinar Mentari serta panorama daun rerumputan maupun tumbuhan perdu  yang masih dibasahi oleh embun pagi membuat hati semakin bergairah ditambah kondisi Track yang tanahnya padat sehingga tidak menempel di Ban serta tidaklicin.



Setelah keluar Desa Andono Sari lalu menuju Jalanan Aspal ditengah tanjakan – setelah saya oper untuk persiapan tanjakan ke gear/gigi yang lebih ringan kayuhannya-- ternyata drive train ( Sproket, Chain dan Crank) terasa agak tersendat perputarannya dan saya coba kayuh lebih bertenaga… eh koq malah putus…. Ada pelajaran berharga atas kejadian ini, apa…? Masing masing pembaca akan punya interpretasi sendiri sendiri……. Saya tidak bermaksud mendikte palagi menggurui, hehehehe.
Tepat 12.30 sampai di jajaran pohon pinus awal masuk HutanTutur (Pinus selamat datang), tempat ini sudah tidak asing lagi bagi penyuka Track Tutur –Welang terutama bagi mereka yang senang Narsis&Selfie, dilanjutkan masuk ketengah hutan dan banyak jalanan setapak yang saling berpotongan ( pertigaan maupun perempatan) yang membuat bingung meskipun sudah berkali kali melewati track ini apalagi saya yang menyandang Marshal/Track Guide diurutan paling depan yang  dituntut harus cepat ambil keputusan agar teman temen belakang tidak tersend atau berhenti laju gowesnya, mungkin karena dua hal itulah (banyaknya perpotongan dan harus cepat memutuskan) maka ditengah hutan rombongan sempat tersesat mengikuti jalur pencari rumput sampai keatas bukit yang seharusnya diawal pertigaan harus ambil kekanan/bawah tapi saya putuskan ambil kekiri/keatas, sesampai di atas tidak ada jalan lagi( terputus) sehingga harus kembali lagi ,akan tetapi setelah dipikir daripada kembali inget pepatah Melayu : “Sekali layar terkembang surut kita berpantang”, so lebih baik menuruni bukit ini (shortcut) meski dengan ber-“Ider Tempe”, lalu rombonganpun menuruninya meskipun banyak Drop Off yang curam lagi tinggi yang meski dilewati orang tanpa sepeda (menuntun) sudah sangat sulit melintasinya.



Setelah sempat kesasar perjalanan dilanjut hingga Garden Rock disela sela pohon sengon dan mahoni yang begitu rindangnya sehingga terasa gelap dan sesekali viewnya terlihat kemerahan/kekuningan, mungkin karena efek daun daun pohon yang layu dan jatuh ketanah lalu mongering dan saking banyak jumlahnya sehingga memantulkan warna khas daun kering.  Di etape Rack Garden ini saya begitu menikmatinya dan takterasa kecepatan laju sepeda menjauhi temen temen yang dibelakang, saya kira yang dibelakang saya adalah semua anggota rombongan ternyata hanya 2 orang sahaja, dan di Kebun Mangga sebelum keluar hutan sempat menunggu agak lama anggota rombongan yang lain dan tepat jam 14.00 rombongan masuk Finish di Warung Renes Welang namun Maksi masih belum juga matang karena katanya pesenya jam 15.00 baru masuk finish dan celakanya lagi ada 2 orang anggota yang tersesat didalam hutan hingga pukul 14.40 belum juga sampai finish akhirnya mereka yang tersesat mendapatpetunjuk Tuhan YME dan masuk finis tepat 15.05.



Demikian sekelumit pengalamanku gowes Track Dingklik Welang bersama BMC dan Bang Jo Jombang, bagaimana pengalaman gowesmu hari minggu kemaren…?....  Salam.