17 Desember 2015

KEMBALI KE KHITTOH DAN HABITATNYA

Suasana jalanan pada subuh  9 Desember 2015 terasa sepi dan lenggang, maklum hari itu adalah saat digelarnya Pilkada Serentak di 265 Kabupaten/Kota seluruh Indonesia  dimana pada hari itu juga ditetapkan sebagai hari Libur Nasional termasuk daerah yang tidak melakukan pilkada sesuai Keputusan Presiden RI Nomor 25 Tahun 2015, sehingga kesibukan rutin pagi hari terasa turut libur untuk menyambut pesta demokrasi Pilkada serentak 2015.

Kesunyian subuh hari itu…. disuatu desa terpencil --namun masih dalam wilayah kota Surabaya-- terpecahkan oleh deru-raungan suara mobil MPV silver yang meluncur dengan kecepatan tinggi menembus kegelapan pagi karena kebetulan PJU saat itu memang  sudah 3 hari lalu mati, disamping suasana yang sepi pagi itu juga terasa sejuk karena malam harinya wilayah Surabaya dan sekitarnya sempat diguyur hujan yang sempat bikin nyali sedikit ragu jadi berangkat ataukah batal, namun dengan berbekal Niat, Tekad, dan Semangat (Bhs A1) maka hujan ataupun panas, gelap maupun pekatnya pagi bukanlah aral yang bisa merontokan tekad menikmati TW Bike Park plus survey Track Gobar BMC edisi Anniversary (berikut launching jersey) yang rencananya ambil jalur Penanjakan – Puspo (Gravity Enduro).

Tak terasa sesudah 25 menit naik dari Tol Waru sampailah digerbang Tol Japanan – Pandaan tepat 05:15 dan tiba di Warung Renes Welang 06:10, selama sepuluh menit menunggu datanglah Rombongan dari DPP Bogem bersama DPC Gagal Tentara, begitu mereka turun barulah tersadar bahwa ban belakang kendaraannya kempes, setelah diamati ternyata ada paku yang menancap sehingga terpaksa harus ganti Ban sebelum sangrapan di Warung Renes, kebetulan saat itu Ummi Renes sendiri yang melajani secara khusus, puas sarapan dan mengisi logistic berangkatlah ke Tutur untuk mengambil start gowes menyusuri track prosotan TW Bike Park.
Terpaksa harus Ganti Ban

TW Bike Park
Kendaraan loading kami titipkan di Kantor Koperasi Susu – Tutur yang berjarak cuman 50 m dari pertigaan, meskipun sebenarnya kami tidak kenal dengan seorangpun Karyawan Koperasi namun dengan menyebut nama Mas Adhi merekapun mempersilahkan kami memarkir kendaraan di halaman Kantor Koperasi, selesai unloading Kuda Gowes dan mempersiapkan segala sesuatunya (Tas punggung maupun protector) pada 07:35 kami memulai  mengayuh pedal menyusuri jalanan beraspal dari halaman Koperasi sampai desa terakhir Dawuhan Sengon kecamatan Purwodadi kabupaten Malang yang masih berupa Makadam dan Paving Stone sebelum masuk areal hutan yang menjadi otoritas dari Resort Polisi Hutan (RPH) Gerbo - Bagian Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH)  Lawang Timur, wilayah Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Pasuruan.
Start Koperasi Susu Tutur
Menyusuri TW Bike park pagi hari sehabis hujan pada malam sebelumnya adalah sesuatu bingits, betapa tidak… titik titik embun yang masih bening dan segar menempel direrumputan nan hijau serta daun pepohonan sepanjang lintasan membikin dada ini semakin membuncah bergelora namun senantiasa harus tetep waspada karena sebagian lintasan juga menjadi licin, tak pelak beberapa ratus meter setelah masuk hutan Pinus roda belakang kuda gowesku slip hingga tidak terkendali akhirnya tersungkurlah aku diturunan yang sedikit berundak….wkwkwkwkwk
Semalam habis hujan... start terlalu pagi, track masih litjin bingits
TW  Bike park sejatinya mempunyai  banyak jalur, ada yang bilang 4 atau 5 bahkan bisa jadi sampai 10 jalur, namun yang jelas jalur yang kami pilih saat itu adalah jalur yang murni gravity prosotan dengan pertimbangan bahwa kami memang benar benar ingin merasakan atau tesing keandalan Kuda Gowes Santa Cruz Nomad 27.5” di-compare dengan Kuda Gowes existing yaitu BMC TF01 26”, dengan spec configurasi part yang hampir sama, Santa Cruz dengan ukuran roda/rims yang lebih besar bisa lebih melesat dengan senyap diturunan, namun sayang kami tidak berani ambil resiko karena track yang masih licin sehingga semua jumpingan yang ada tidak kami lewati, maklum kami masih newbie dan mualap di track Gravity Enduro mangkanya dalam judul diatas disebut “Kembali ke Khittoh dan Habitat” sebab selama ini kami memang mbalelo karena Kuda Gowes kami sebenernya bergenre AM dengan Fork travel 160 -170 adjustable tapi kebanyakan digunakan untuk lintasan XC tanjakan.
Tersadar...!!!, Kembali ke Khittoh dan Habitatnya
Sampai finish di Warnes Welang waktu menunjukkan 09:10 dengan menempuh jarak 14,76 Km, posisi titik start dengan ketinggian 1015 mdpl dan titik finish 180 mdpl, tercatat total ascent 310 mdpl dan descent 922 mdpl (Endomondo Sport Tracker), ternyata perkembangan TW Bike Park begitu cepatnya dibanding setahun lalu terutama untuk lintasan dibawah Rumah Getah yang dulunya masih banyak bebatuan yang tertanam (Rock Garden) maupun yang terlepas berserakan disepanjang lintasan sekarang sudah mulus berupa lintasan tanah vulkanik khas berpasir dengan kontur single track yang dilengkapi dengan berm berm disetiap kelokan tajam dan Jumpingan serta  Receivernya maupun Chicken Way bagi Pemula, mangkanya beberapa waktu lalu ada yang melintasi TW Bike Park dengan Polygon Monarch - sepeda yang diperuntukkan berangkat dan pulang Sekolah- kemudian bikin review dan videonya.
Menikmati  TW Bike Park dengan Santi
Oleh karena kebiasaan maen track XC tanjakan dan kalori yang terbakar dalam melintasi turunan TW tidak melampaui nishab dan nasi rawon Warnes masih terasa ngganjal perut karena tidak terbakar seluruhnya maka DPP mengajak DPC Gagal Tentara untuk gowes dari Welang naik ke Tutur, sedang kami berdua (Seketjend & DPC Sumurwelut) mengambil Kendaraan Loading yang dititipkan di Tutur kemudian  menjemput kebawah dua orang yang kemaruk tanjakan tadi, ternyata mereka sempat naik sampai 5 Km keatas, cuaca cerah dan terasa terik menyengat.
Turunan TW Bike park tidak bisa bakar kolesterol rawon Warnes, perlu tanjakan...


Survey Track Penanjakan
Kami bersama berangkat ke Penanjakan dari Nongkojajar dimana kami sempat mampir sungkem ke rumah Mas Adhian Nova selaku Sesepuh dan Pinisepuh TW Bike Park  sekalian titip kendaraan, di sana terlihat  ada Om Ricky Alexander Maliangkay (Kuncen Track 5 cm) dan beberapa temens goweser lain yang bersiap akan ngetrack di TW Bike Park, setelah mengenalkan temens BMC dengan yang mBaurekso TW Bike Park serta temens lainnya, tepat 11.00  kami meneruskan perjalanan naik ke Bromo.
Silaturrahim dengan Sesepuh dan Pinisepuh TW Bike Park
Suasana Wonokitri (Gate TNBTS) dari Pasuruan terasa sepi hanya ada beberapa pengunjung bermotor, suasana yang biasanya hiruk pikuk Jeep Land Cruiser menawarkan jasa mengantar pengunjung ke Penanjakan, Caldera Bromo maupun Savanah sama sekali tidak terlihat, pun begitu deretan kamar penginapan di sekitar parkiran Wonokitri juga sepi, warung penjual makanan dan minuman juga sebagian ada yang tutup, sesampai di Wonokitri terasa hawa dingin khas dataran tinggi mulai menggoda perut juga sang waktu memang sudah menunjukkan angka 12:10 sudah saatnya untuk mengisi Kampoong Tengah dengan Mie Instan dan the hangat khas Bromo.
Pos Wonokitri yang lengang .....
Setelah membayar ticket masuk TNBTS, kami memacu SUV yang berpenggerak roda depan maupun belakang (4 WD) dengan leluasa karena jalan menuju Penanjakan terasa lenggang bak jalanan kota besar yang ditinggal mudik warga penghuninya, kami bener bener sangat menikmati view yang menghijau disekeliling jalur yang telah dilewati apalagi di tanjakan Dingklik yang viewnya bebas kebawah kearah G Batok dan G Bromo yang lagi meningkat aktivitasnya, sebelum puncak menyempatkan singgah di Mushalla Syariah Mandiri yang dibangun di ketinggian 2700 mdpl, Mushalla diatas Awan begitulah tulisan di Papan Nama yang terpampang di Mushalla itu, kami melakukan shalat Jamak Takbress –berbeda dengan shalat jamak yang selama ini kita kenal, ada Jamak Taqdim dan ada Jamak Ta’khir, itu terlalu mainstream- Jamak takbress adalah shalat 5 waktu yang dijamak sekaligus dalam satu waktu, bisa diawal, tengah maupun akhir …. Wkwkwkwkwkkkkkk #ajaransesatjanganditiru.
Mushalla di atas Awan dekat Nirvanna.... ritual disaksikan para Dewa 
Sensasi shalat di Mushalla dengan ketinggian 2700 mdpl dengan suhu 22 oC dan kerapatan Oksigen yang lebih tipis serasa shalat dalam Nirvanna dengan disaksikan oleh para Dewa yang membuat do’a kita terijabah, namun sayang suasana yang sekhidmat itu terasa kurang lengkap karena fasilitas air wudhu yang tidak difungsikan disebabkan beberapa hari lalu ada tangan jahil yang menyatroni Kotak Amal dengan mengambil seluruh donasi dari para pengunjung sehingga ketika tidak ada Penjaga maka seluruh sarana terkunci semua termasuk serambi utama Mushalla, begitu yang dikatakan seorang petugas Pintu Masuk bernama Letto Bromo yang kebetulan berada di Kompleks Mushalla sambil menawarkan jasa Guide untuk explore turunan lebih panjang ke Puspo atau Pasrepan.
Puncak Penanjakan yg memutih berkabut susu....
Kabut di puncak Penanjakan tiada hentinya menghempas,  menerpa dan tiada putus putusnya menutupi lautan pasir, sepanjang mata memandang hanya terbentang kabut susu memutih menutupi kepulan asap dan semburan debu vulkanik Bromo, beruntung sekali sewaktu di Dingklik sempat mengabadikan kepulan asap/debu membumbung ke angkasa pertanda peningkatan aktivitas kegempaan.
Aktivitas Bromo tertutup Batok diambil dari tanjakan Dingklik
Tidak ingin berlama lama di puncak Penanjakan yang sepi dan lengang, akhirnya kami turun kembali ke Nongkojajar dilanjut warnes Welang untuk berpamitan dan berterima kasih pada sesepuh TW Bike Park dan akhirnya kembali pulang, demikian dan terima kasih atas attensi pembaca yang budiman.

Salam,

GS

GOWES RUTE LEMBU SURO

Oleh : Arifin BMC DPC Menganti NGPT 
           ( seorang Buruh Tani sebagai Sopir Tractor)

Minggu 29 November 2015 di Wlingi – Blitar, Jawa Timur, Oleh :
1. WIBBA : Wlingi Blitar Bike Adventure - Blitar
2. BMC : Boss Mtb Club - Jombang
3. JOMBERS : Jombang Bersepeda
sekilas, tentang lembu suro yang melegenda lekat dengan Gunung Kelud ini, ada baiknya kita meluangkan waktu sejenak untuk menyimak sekelumit cerita tentang legenda dua Raja yang memperebutkan Putri Cantik bernama Dewi Kili Suci pada segmen cerita selingan di Gowes lembu Suro berikut ini.
Cerita Misteri Gunung Kelud banyak disertai dengan legenda yang masih menjadi kepercayaan sebagian dari masyarakat setempat. Gunung Kelud terletak diantara Kabupaten Blitar dan Kediri, Gunung Kelud merupakan salah satu tujuan wisata Jatim yang cukup terkenal keindahan panoramanya.Semilir angin yang bertiup tipis,menyapu lereng perbukitan hijau seolah mengusap penatnya fikiran karena tiap hari memikirkan galian kabel listrik yang tak kunjung usai. Dibalik ketinggian gunung yang mencapai 1.731 meter diatas permukaan laut ini, tersimpan banyak misteri yang sekedar untuk diketahui oleh kita bersama,minimal untuk dongeng pengantar tidur anak-cucu kita.
Berdasarkan legenda masyarakat setempat, Gunung Kelud terbentuk akibat pengkhianatan seorang putri bernama Dewi Kilisuci terhadap cinta dua raja yang bersaing untuk berebut memperistrinya yaitu Lembu Suro dan Mahesa Suro. Dewi Kili Suci adalah anak dari Jenggolo Manik,bukan RD Steer Bunder,atau Putri bakul duren di wonosalam – jombang, yang akhir-akhir ini sedang ramai menjadi rasan-rasan di salah satu group pecinta gowes.
Dengan paras kecantikannya yang elok dan menawan, maka tidak heran jika saat itu ada dua orang raja yang bersaing ketat untuk memperebutkan sang Putri tadi, hanya saja yang melamar bukanlah manusia normal,bukan pula juragan martabak / buruh tani,juga bukan juragan godhong / pemilik agen matjam-matjam telor termasuk telor buaya yang kari siji, akan tetapi yang bersaing adalah satu manusia berkepala lembu yaitu bernama Lembu Suro dan satunya lagi manusia berkepala Kerbau bernama Mahesa Suro.
Dewi Kilisuci yang enggan menerima lamaran, mungkin saja karena mereka yang datang tidak mengendarai steer bunder pelpeyer/rubikon/strada/portuner putih/pajero /inopa F1 atau sejenis kereta odong-odong, akhirnya membuat sayembara sulit, yaitu bagi yang bisa membuatkan dua buah sumur diatas puncak Gunung Kelud dimana sumur yang satu harus berbau wangi sementara sumur yang lain harus berbau amis dan sayembara ini harus direalisasikan hanya dalam satu malam sahaja.
Dengan kesaktian Raja Lembu Suro dan Mahesa Suro, sayembara tersebut disanggupi dan setelah bekerja semalaman di temani dua cangkir kopi luwak wonosalam dan singkong bakar ,maka keduanya berhasil menang dalam sayembara. Kemenangan dua orang raja tersebut tidak disukai oleh Dewi Kilisuci, hingga akhirnya Dewi Kilisuci satu syarat lagi yaitu dua orang raja tersebut harus membuktikan bahwa kedua sumur tersebut memang benar berbau wangi dan amis dengan mereka berdua harus masuk ke dalam sumur yang telah mereka buat.
Dengan adanya syarat tambahan, dua orang raja tersebut pun setuju, setelah makan malam dengan menu pecel lele dan pecel belut, mereka berdua bergegas masuk ke dalam sumur yang sangat dalam itu. Begitu mereka sudah sampai di dalam sumur maka Dewi Kilisuci memerintahkan pasukan Jenggala untuk segera menimbun keduanya dengan bebatuan yang mengakibatkan kematian Raja Lembu Suro dan Mahesa Suro. (betapa teganya engkau Dewi Kilisuci..)
Namun, sebelum Raja Lembu Suro mati dia bersumpah disertai kutukan : “Baiklah besok orang-orang Kediri akan dapat balasan yang setimpal dari saya. Kediri akan menjadi sungai, Tulungagung akan menjadi danau, dan Blitar akan menjadi daratan. Berdasarkan legenda Lembu Suro maka masyarakat di lereng Gunung Kelud secara rutin pada tanggal 23 bulan Surau mengadakan tolak bala sumpah tersebut berupa Larung Sesaji.
Untuk lebih jelas dan lengkapnya tentang legenda Raja Lembu Suro dan Raja Mahesa Suro,ada baiknya anda berkunjung dan menanyakan langsung ke patung Lembu Suro dan Mahesa Suro,serta rumput yang bergoyang di sekitarnya…(# sambil bergowes ria dan jangan lupa minum pil anti ngpt)
Akhirul kalam, Ucapan terima kasih kepada keluarga besar WIBBA : Wlingi Blitar Bike Adventure, atas sambutan,jamuan, dan suguhan treknya benar-benar ruar biasa…mohon maaf jika kami terlalu banyak makannya..

Salam Gowes,

Arifin Bmc