05 Januari 2015

GOWES NAPAK TILAS SEJARAH : CANDI BELAHAN (SUMBER TETEK)

Gowes BMC edisi kali ini yang bertepatan dengan Libur Maulid 3 Januari 2015 adalah Napak Tilas Sejarah : Explore Candi Belahan, memang tidak ada kaitan antara Maulid Nabi Muhammad dengan Candi Belahan karena keduanya memang tidak bisa dihubung hubungkan, Nabi Muhammad terlahir di Tanah Arab sedangkan Candi Belahan ada di Tanah Jawa yang letaknya berjarak ribuan kilometer dan dengan jeda waktu lahir keduanya berjarak ratusan tahun, sehingga mustahil dihubung hubungkan namun kenapa explore Candi Belahan dilaksanakan pada Libur Maulid….?, silahkan pembaca jawab sendiri, setiap orang berhak mempunyai jawaban dan penafsiran yang berbeda satu dengan lainnya…. wkwkwkwkwkwk.






Kami Sebelas Orang yang terdiri atas : DPP 4 orang, DPC Sidoarjo 5 orang, DPC Sumurwelut 1 orang dan DPC Menganti 1 orang, berangkat dari home base masing masing menuju (sesuai kesepakatan) Tikum di Rumah Makan Mojorejo 1 Jl. Raya Gempol – Malang No. 21, Gempol – Pasuruan dan Gowes dimulai start tepat  pada jam 06:15 dengan altitude 58 mdpl menyusuri jalan raya onroad beraspal mulus menuju arah Pandaan, sampai dipertigaan ujung Desa Kluncing Petungasri Pandaan (Sebelum masuk wilayah kecamatan Pandaan) belok ke Kanan ke arah Desa Sumber Suko hingga batas luar desa masuk lebih kepedalaman menuju Desa Wonosonyo kami disuguhi Track yang menantang yaitu Kelokan dan Tanjakan yang kadang sedikit bikin frustasi seakan derita tiada akhir namun untungnya jalur ini beraspal mulus karena beberapa hari belakangan baru diaspal ulang.



Meski sepanjang jalan beraspal mulus tapi karena elevasi yang kadang mencapai kemiringan antara 35 – 50 derajat dan altitude max 445 mdpl (versi Endomondo) maka ada beberapa Bikers yang senantiasa kantjrit disepanjang lintasan menaik ini, diantaranya adalah Wak Agoes dari DPP yang konon katanya sudah terbiasa melibas tanjakan Wonosalam tapi begitu merasakan jalur elevasi setelah Desa Sumber Suko langsung down dan tertinggal di barisan belakang bersama Om Indra dari DPC Sidoarjo, andaikan mengerti jalur nyelinthung barangkali mereka berdua akan menempuh jalur itu agar tidak diplokotho barisan depannya, 



Setiba di areal Candi Belahan rasanya segala penat dan letih selama bersepeda menaklukan tanjakan dari awal start terbayarkan sudah dengan melihat keindahan Candi namun sayang ketika kami masuk ke dalam pagar areal Candi dengan membawa sepeda untuk foto bareng di depan kedua arca Dewi dilarang oleh Kuncen Candi dan akhirnya kami hanya bisa berpose diluar pagar sahaja.




Candi Belahan terletak pada ketinggian sekitar 400 mdpl di atas permukaan laut, berada di Dusun Belahan, Desa Wonosonyo, Kecamatan Gempol, Pasuruan - Jawa Timur, melalui jalan perbukitan yang menanjak dan berkelok kami disuguhi pemandangan hutan pohon akasia dan areal ladang penduduk, segera suasana sejuk, tenang nan asri khas pedesaan langsung terasa apalagi ditambah dengan sambutan ramah penduduk setempat yang sudah tidak asing dengan wisatawan/orang luar karena desa mereka sering menjadi rute bersepeda menuju Candi dan rute pendakian menuju puncak Gunung Penanggungan (dengan ketinggian 1500 mdpl) dari arah Timur, sedangkan dari Baratnya adalah Candi/Petirtaan Jolotundo yang dibangun pada tahun 991 M oleh Raja Bali yaitu Udayana untuk memperingati hari kelahiran anaknya bernama Airlangga.



Candi Belahan sendiri dibangun pada akhir masa pemerintahan Airlangga pada abad ke-10 setelah dinobatkan menjadi raja pada tahun 1019, dan Candi ini merupakan petirtaan yang sangat unik serta mempesona karena memiliki dua patung yaitu patung Dewi Sri dan Dewi Laksmi sebagai lambang Kesuburan dan Kemakmuran, dari Tetek Dewi Laksmi mengucurkan air sepanjang tahun bahkan di musim kemarau sekalipun dan air yang mengucur dari puting susu arca ini ditampung di sebuah kolam berukuran kurang lebih 6x4m yang ada di depan arca dua dewi tersebut dan digunakan oleh masyarakat setempat untuk keperluan sehari-hari seperti minum, mandi, memasak dan mencuci. Oleh masyarakat setempat Candi Belahan ini lebih populer dengan sebutan Sumber Tetek.



Setelah menikmati Tanjakan mantap dari Sumber Suko hingga Wonosonyo kami ditantang dengan track Turunan beraspal mulus dan sesekali jalanan desa berpaving –yang pada lima tahun lalu masih berupa hamparan jalan sertu karena menjadi lintasan dan lalu lalang Truck Pengangkut galian tambang sertu-- sehingga kami begitu enjoy merasakannya sampai titik finish, ditengah turunan ini ada beberapa spot pemandangan alam yang begitu mubadzir bila tidak termanfaatkan untuk selfi bareng sekeluarga BMC maka dibeberapa kelokan yang indah kami sempatkan mengambil gambar satu per satu dari kami maupun landscape sawah terrasiring laksana perbukitan dan persawahan di daerah Ubud Bali yang kesohor dengan manajemen irigasi subaknya.


Gowes kali ini menempuh jarak sekitar 18 Km dari RM Mojorejo 1 ke Candi Belahan dan kembali ke RM Mojorejo 1 dengan catatan waktu sekitar 3 jam, altitude min 58 mdpl altitude max 450 mdpl dengan jalur beraspal mulus dan jalan berpaving menjelang finish, kami sampai finish di RM Mojorejo 1 sekitar 09:35 dan keadaan lalu lintas menuju ke Pandaan sudah merambat dengan ekor kemacetan di Arteri Baru Porong sebelum Jembatan yang didominasi oleh kendaraan pribadi, jadi dapat dibayangkan seberapa jauh antrian kendaraan yang mengular saat itu menuju ke arah Pandaan.
Demikian pengalaman explore BMC rute Candi Belahan kali ini, akan kita sambung dengan cerita kisah explore gowes rute lainnya insyaAllah, terima kasih.

Salam,

GS


Berikut ini Foto Foto lebih lengkap :
































5 komentar:

  1. Mariki Gowes nasi Mbambung di wonosalam yoo
    harap hadir semuanya

    BalasHapus
  2. Sumber TeTe = Sumber Toket, la endi toket e kok gak ketok hihihi....

    BalasHapus